Repelita Jakarta - Gusti Allah, monggo kulo dipundut, itulah ucapan yang kerap dilontarkan Titiek Puspa sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir. Legenda musik Indonesia itu wafat pada Kamis sore pukul 16.25 WIB dalam usia 87 tahun setelah berjuang melawan pecah pembuluh darah otak.
Kepergian Titiek Puspa ternyata bukan tanpa persiapan. Sang seniman sudah mulai menyampaikan kode kepada keluarganya sejak tiga tahun lalu, seolah menyadari bahwa waktunya kian dekat.
Putri sulungnya, Petty Tunjungsari, mengungkapkan bahwa ibunya sudah sering mengucap kalimat permintaan kepada Tuhan agar dipanggil pulang. "Beliau sering mengatakan, ‘Gusti Allah, monggo kulo dipundut.’ Itu disampaikan kepada saya dan adik saya," ujar Petty di rumah duka kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.
"Sejak tiga tahun lalu, dua tahun lalu, dan bahkan setahun terakhir, kami sudah dikondisikan," tambah Petty.
Menurut Petty, ibunya adalah sosok yang sangat menjunjung tinggi nilai manfaat dalam kehidupan. Ia percaya bahwa seseorang harus selalu berguna bagi sesama. "65 tahun saya belajar menjadi anak Titiek Puspa. Beliau selalu bilang bahwa dirinya harus bermanfaat bagi orang lain. Ketika merasa tidak bisa lagi, beliau serahkan diri kepada Sang Penentu," ujarnya.
Petty juga menjelaskan alasan keluarga sempat menutup informasi soal kondisi ibunda selama perawatan. Hal itu dilakukan demi menjaga ketenangan dan kesehatan sang legenda yang dianggap sudah sangat rentan.
Jenazah Titiek Puspa tiba di rumah duka Wisma Puspa, Pancoran, sekitar pukul 20.00 WIB dan disambut keluarga serta para pelayat. Prosesi persemayaman berlangsung khidmat dan dihadiri sejumlah publik figur seperti Kris Dayanti dan Yuni Shara.
Rencananya, jenazah akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir pada Jumat siang setelah salat Jumat. Hal ini diumumkan oleh penyanyi dangdut Inul Daratista melalui akun Instagram-nya. "Disemayamkan setelah salat Jumat bertempat di Pemakaman Tanah Kusir," tulis Inul.
Titiek Puspa, penyanyi legendaris yang dikenal dengan lagu Kupu-Kupu Malam, meninggalkan jejak panjang dan inspiratif di dunia seni musik Indonesia.
Lahir dengan nama Sudarwati pada 1 November 1937 di Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan, Titiek berasal dari keluarga campuran Kutoarjo, Purworejo, dan Trenggalek. Namanya kemudian berganti menjadi Kadarwati, lalu Sumarti.
Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi guru TK. Namun, kemenangan dalam beberapa kompetisi menyanyi mengubah haluan hidupnya. Di usia 14 tahun, meski mendapat penolakan dari orang tua, ia memilih menjadi penghibur.
Untuk mengikuti lomba tanpa diketahui orang tua, Sumarti memakai nama samaran "Titiek Puspo", gabungan dari nama panggilannya dan nama ayahnya. Nama itu kemudian melekat sebagai identitasnya di dunia seni, termasuk sebagai nama orkes pengiringnya, PUSPA SARI.
Ucapan duka datang dari berbagai kalangan, termasuk dari Menteri Kebudayaan Fadli Zon. "Selamat jalan komposer n penyanyi legendaris Indonesia, Mbak Titiek Puspa… al Fatihah," tulis Fadli di media sosial.
Warganet pun membanjiri linimasa dengan ungkapan kehilangan dan penghormatan. "Selamat jalan Oma Titiek Puspa. Terima kasih karyamu. Fatihah," tulis @BewoksXmoveUp. "Rest in peace Bu Titiek Puspa. Karyamu akan selalu hidup," tulis @mukhlisticky.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok