Repelita, Yahukimo - Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM menyerang seorang guru di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengklaim guru yang menjadi korban serangan kelompoknya itu merupakan agen intelijen pemerintah Indonesia. "Kami siap bertanggung jawab atas pembunuhan agen intelijen Indonesia yang berprofesi sebagai guru," ujar Sebby dalam keterangannya.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf. Candra Kurniawan mengatakan korban diduga dibunuh dan dibakar oleh OPM saat berada di dalam gedung sekolah. "Enam orang guru tewas dalam serangan yang biadab dan tidak berperikemanusiaan. Dalam serangan ini mereka membakar sekolah dan rumah guru," kata Candra.
Ia membantah klaim OPM yang menyebut guru itu sebagai agen intelijen pemerintah Indonesia. "Semua korban dari gerombolan OPM itu jelas adalah guru, bukan anggota atau agen militer," ujarnya. Menurutnya, tudingan OPM tersebut tanpa dasar dan hanya sebagai pembenaran atas aksi kekerasan mereka. "OPM harus bertanggung jawab. Aparat keamanan akan bertindak tegas," katanya.
Namun, Kepala Pusat Penerangan TNI Brigadir Jenderal Kristomei Sianturi memastikan jumlah korban tewas dalam serangan terhadap guru dan tenaga kesehatan di Distrik Anggruk hanya satu orang. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM menyebut korban meninggal adalah Rosalina Rerek Sogen yang berprofesi sebagai guru di distrik tersebut. Sementara korban luka-luka berjumlah enam orang. "TNI telah mengerahkan personel untuk mengevakuasi korban, mengamankan wilayah, dan mendukung pemulihan situasi pascaserangan OPM," ujar Kristomei.
Serangan terhadap tenaga pendidik dan kesehatan ini mendapat kecaman dari berbagai kalangan. Wakil Ketua Komisi I DPR Dave Laksono mengecam keras tindakan tersebut. "Saya amat mengecam kejadian tersebut," kata Dave. Menurutnya, serangan oleh KKB di Papua sudah berlangsung terlalu lama dan telah memakan banyak korban. Ia meminta TNI mengambil langkah baru dalam mengatasi permasalahan ini. "Jika tidak ada strategi baru, gangguan dari KKB tidak akan pernah selesai," ujarnya.
Anggota Komisi I DPR Amelia Anggraini menilai serangan terhadap guru di Yahukimo adalah ancaman terhadap keutuhan dan kedaulatan NKRI. "Membunuh guru dan menyerang tenaga kesehatan yang merupakan nonkombatan ini sungguh di luar nalar sebagai orang yang beradab," kata Amelia. Ia menegaskan aksi kekerasan oleh KKB terhadap masyarakat sipil, tenaga pendidik, dan tenaga kesehatan tidak bisa terus dibiarkan. "Negara tidak boleh tunduk terhadap aksi teror," ujarnya.
Komnas HAM juga mengecam serangan yang dilakukan KKB terhadap warga sipil di Distrik Anggruk. Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyatakan tindakan tersebut melanggar hukum HAM dan humaniter internasional. "Segala bentuk serangan terhadap warga sipil dalam situasi perang maupun selain perang adalah pelanggaran hukum HAM dan hukum humaniter internasional," kata Atnike. Komnas HAM meminta pemerintah menjamin perlindungan bagi petugas pelayanan publik seperti tenaga pendidik dan tenaga kesehatan di wilayah konflik.
Menteri HAM Natalius Pigai menyayangkan insiden tersebut dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban. "Masyarakat sipil, bagaimanapun, harus dilindungi, utamanya di daerah-daerah rawan seperti Yahukimo," katanya. Pigai memastikan koordinasi dengan otoritas daerah untuk menangani para korban dengan baik. "Termasuk korban luka agar tertangani dengan maksimal," ujarnya.
Serangan ini menambah daftar panjang kekerasan bersenjata yang terjadi di Papua. Pemerintah diminta segera mengambil langkah strategis untuk mengatasi permasalahan keamanan dan melindungi masyarakat sipil yang rentan menjadi korban kekerasan bersenjata di wilayah tersebut.(*).
Editor: 91224 R-ID Elok