Repelita Jakarta - Anggota Komisi VI DPR Fraksi PDI-P Mufti Anam menyindir PT Pertamina (Persero) yang disebut membayar buzzer setelah mencuatnya kasus korupsi tata kelola minyak mentah dengan modus mengoplos bahan bakar minyak.
Ia menilai, anggaran tersebut sebaiknya digunakan untuk mengembalikan kerugian masyarakat yang selama ini membeli Pertamax yang diduga hasil oplosan.
"Tidak perlu bayar-bayar buzzer, Pak. Daripada anggaran Pertamina bayar buzzer untuk meng-endorse anaknya Deddy Corbuzier, lebih baik uangnya untuk mengembalikan kerugian rakyat yang sudah mereka alami," ujar Mufti dalam rapat dengar pendapat dengan Pertamina.
Politikus PDI Perjuangan itu menegaskan bahwa jika Pertamina benar-benar meminta maaf kepada masyarakat, maka hal tersebut harus dibuktikan dengan tindakan nyata, bukan sekadar pernyataan lisan.
"Tidak cukup pula menggandeng si bocil anaknya Deddy Corbuzier, Pak, yang ini justru melecehkan, meremehkan, dan melukai hati rakyat," lanjut Mufti.
Ia juga menyinggung nama Fitra Eri yang disebut-sebut dalam strategi komunikasi Pertamina. Namun, menurutnya, Fitra Eri tidak menerima tawaran tersebut karena mempertimbangkan integritas.
"Dan juga tidak perlu meng-endorse nama Fitra Eri, yang untungnya nama Fitra Eri punya integritas, karena dia tidak yakin ini benar-benar terjadi, maka dia tidak mau melakukannya," katanya.
Selain itu, Mufti mendesak Pertamina untuk menambah stok Pertalite. Ia memperkirakan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap Pertamax telah menurun akibat skandal ini, sehingga akan ada peralihan besar-besaran ke Pertalite.
"Karena kalau tidak, maka mereka menganggap Pertamax hanyalah Pertalite yang tidak antre. Maka jangan sampai di lapangan mereka rela antre dan stok Pertalite malah habis," ujar Mufti. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok