Repelita Bogor - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menjadi sorotan setelah menangis saat mengunjungi kawasan Puncak Bogor. Ia tak kuasa menahan emosinya melihat kondisi alam yang rusak akibat pembangunan wisata di kawasan tersebut.
Di Desa Sukagalih, Kecamatan Cisarua, Dedi melihat langsung dampak dari alih fungsi lahan yang diduga menjadi pemicu banjir berulang. Dari kejauhan, ia menyaksikan tanah yang terbelah dan longsor.
"Lah, itu sudah ada bangunan ya (jembatan gantung), itu paling melanggar, lihat itu terbelah sampai longsor," ucapnya sambil menunjuk ke arah Eiger Adventure Land di Megamendung, Bogor.
Ironisnya, wisata yang kini disegel tersebut nyaris diresmikan oleh Dedi sendiri. Sebelum dilantik sebagai Gubernur Jawa Barat, ia sempat menerima undangan untuk meresmikan EAL. Hal ini terungkap dari unggahan media sosial Dedi pada 17 Januari 2025. Dalam unggahan tersebut, ia terlihat berdiskusi dengan Rudy Susmanto dan Jaro Ade—Bupati dan Wakil Bupati Bogor terpilih—mengenai proyek-proyek pembangunan di Kabupaten Bogor, termasuk EAL.
Kini, setelah dilakukan penyegelan, pengelola Eiger Adventure Land tidak hanya harus menghentikan operasionalnya, tetapi juga diminta membongkar sendiri fasilitas yang telah dibangun karena tidak sesuai dengan peraturan tata lingkungan.
Eiger Adventure Land awalnya dirancang sebagai ekowisata modern yang tetap menjaga keseimbangan alam. Berada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, EAL dirancang memiliki berbagai ikon wisata, termasuk jembatan gantung sepanjang 530 meter yang disebut mengalahkan rekor jembatan gantung di Arouca, Portugal. Selain itu, kawasan ini menawarkan berbagai aktivitas alam seperti hiking, camping, dan konsep desa tradisional untuk mengangkat kearifan lokal.
Chairman PT Eigerindo Multi Produk Industri, Ronny Lukito, menjelaskan bahwa proyek ini dibangun di atas lahan seluas 325 hektar dengan investasi sebesar Rp 800 miliar. Pihaknya mengklaim telah memenuhi izin dan persyaratan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dari total luas lahan, hanya 1,75 persen yang digunakan sebagai lahan terbangun dengan konsep semi-permanen.
"Dari ratusan hektar itu, kami hanya menggunakan 1,75 persen untuk dijadikan lahan terbangun," ujar Ronny saat mendampingi Menparekraf dalam peletakan batu pertama pada Oktober 2021.
Namun, proyek ini justru berujung pada penyegelan setelah dinilai melanggar regulasi lingkungan dan berpotensi merusak keseimbangan ekosistem di kawasan Puncak Bogor. Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol menegaskan bahwa seluruh operasional wisata yang terbukti melanggar aturan harus dihentikan.
"Keempat perusahaan tersebut diwajibkan melakukan perbaikan sesuai peraturan lingkungan yang berlaku," kata Hanif.
Penyegelan ini dilakukan sebagai langkah tegas untuk mencegah dampak buruk terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Kini, pengelola Eiger Adventure Land juga diminta membongkar fasilitas yang telah terlanjur dibangun. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok