Repelita Jakarta - Kenangan akan Dwifungsi di masa Orde Baru kembali mencuat ke publik setelah DPR mengesahkan RUU TNI. Isu mengenai kembalinya militer ke urusan sipil telah beberapa kali disuarakan oleh Salim Said di berbagai kesempatan.
Salim Said merupakan salah satu akademisi yang turut mengawal reformasi militer di Indonesia, terutama dalam penghapusan konsep Dwifungsi ABRI. Dalam wawancara dua tahun lalu dengan Fadli Zon, ia menjelaskan bagaimana transisi peran militer di era reformasi serta tantangan yang dihadapi dalam proses tersebut.
Menurut Salim Said, penghapusan Dwifungsi ABRI adalah langkah besar dalam sejarah militer Indonesia. Ia menekankan bahwa dibandingkan dengan negara lain seperti Myanmar, reformasi militer di Indonesia berjalan lebih baik karena adanya kesadaran dari dalam tubuh TNI sendiri.
"Kalau kita bandingkan dengan Myanmar, di sana militernya tetap berkuasa karena tidak ada kesadaran untuk berubah," ujarnya.
"Sementara di Indonesia, TNI sendiri yang memutuskan keluar dari politik," tambahnya.
Salim Said juga menjelaskan bahwa peran militer dalam politik sudah berlangsung sejak era kolonial. Pada masa Orde Baru, militer memiliki peran ganda sebagai alat pertahanan dan kekuatan politik. Namun, setelah reformasi 1998, paradigma itu mulai berubah.
"Sejak tahun 2000, TNI benar-benar keluar dari politik praktis. Ini adalah pencapaian besar dalam demokrasi kita," kata Salim.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa keberhasilan reformasi militer tidak serta-merta menjamin kualitas pemerintahan sipil.
"Kalau politisi sipilnya tidak becus, rakyat bisa saja kembali melihat militer sebagai solusi. Itu yang harus diwaspadai," ujarnya.
Bagi Salim, demokrasi yang sehat tidak hanya bergantung pada militer yang profesional, tetapi juga pada politisi sipil yang kompeten. Pandangannya menunjukkan bahwa reformasi Dwifungsi ABRI merupakan hasil dari dinamika internal TNI serta tekanan publik.
Namun, ia juga menegaskan bahwa tantangan berikutnya adalah memastikan pemerintahan sipil mampu menjalankan demokrasi dengan baik agar tidak ada dorongan bagi militer untuk kembali ke ranah politik.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok