Repelita Jakarta - Ketika namanya pertama kali terseret dalam kasus korupsi minyak mentah Pertamina, mantan Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan lantang mengklaim memiliki catatan yang bisa memenjarakan banyak orang. Namun, setelah menjalani pemeriksaan selama delapan jam di Kejaksaan Agung (Kejagung), Ahok justru mengaku kaget karena data yang dimilikinya ternyata jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang dikantongi pihak kejaksaan.
"Jadi ternyata, dari Kejaksaan Agung, mereka punya data yang lebih banyak daripada yang saya tahu, ibaratnya saya tahu cuma sekaki, dia tahu sudah sekepala. Saya juga kaget-kaget gitu loh kok gila juga ya saya bilang gitu ya, saya kok nggak tahu itu, ini wajar kita nggak tahu, karena kita di atas kan ya," ujar Ahok kepada wartawan di Kejaksaan Agung, Jakarta.
Dalam pemeriksaan tersebut, Ahok dicecar sekitar 20 pertanyaan terkait kasus yang menjerat sembilan tersangka. Ia mengaku tidak bisa memberikan banyak data karena sudah tidak menjabat di Pertamina, tetapi menyerahkan sejumlah agenda catatan selama rapat bersama petinggi perusahaan.
"Saya hanya bisa ingatkan rapat ini tanggal berapa saya punya agenda catatan. Kalau Bapak ingin periksa ini, ya Bapak periksa aja rapat tanggal berapa, hari apa, tentang apa. Jadi enggak mungkin di semua kan bingung ya kita di periksa kan," kata Ahok.
Padahal, dalam sebuah wawancara siniar sebelumnya, Ahok terlihat menggebu-gebu dan mengklaim memiliki alat bukti berupa notulensi hingga rekaman rapat yang bisa menjerat banyak pihak.
“Saya boleh keluar dari sini (Pertamina), tapi catatan saya punya. Kalau rezim betul-betul mau membereskan negeri ini dari korupsi di migas dan Pertamina, saya berani jamin dengan data ini saya penjarakan kalian semua!” ucapnya kala itu.
Namun, saat diperiksa, Ahok justru mengungkap bahwa kasus yang menjerat sejumlah petinggi subholding Pertamina saat ini merupakan kasus lama. Ia juga berkilah bahwa posisinya sebagai komisaris tidak memungkinkannya untuk berperan banyak dalam membongkar dugaan korupsi di perusahaan pelat merah tersebut.
"Ini ada tangan yang berkuasa ikut main kalau menurut saya di republik ini," katanya.
Netizen pun ramai mengomentari sikap Ahok yang sebelumnya begitu percaya diri bisa menyeret banyak orang ke penjara, tetapi justru terkesan tak berdaya saat diperiksa Kejagung.
"Katanya mau penjarain semua orang, eh pas dipanggil malah bengong," tulis seorang netizen.
"Omongan doang ternyata, nggak ada bukti nyata," ujar netizen lainnya.
"Makanya, kalau bicara jangan besar kepala dulu," sindir seorang pengguna media sosial.
Pernyataan-pernyataan Ahok yang berubah setelah pemeriksaan di Kejagung membuat publik bertanya-tanya apakah janji dan klaimnya selama ini benar-benar didasarkan pada bukti konkret atau sekadar omon-omon belaka.(*).
Editor: 91224 R-ID Elok