Repelita Jakarta - Spanduk bertuliskan “Bahlil No Gas 3 Kg Yes” bermunculan di sejumlah titik di Jakarta, mencerminkan respons publik atas kebijakan kontroversial Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Kebijakan yang melarang penjualan elpiji 3 kilogram atau gas melon kepada pengecer memicu gelombang protes.
Pakar komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, menilai bahwa protes ini merupakan ekspresi kekecewaan masyarakat yang terdampak langsung. “Protes itu sebagai wujud kekecewaan atas kebijakan Bahlil mengenai gas 3 kg yang telah membuat rakyat harus antre untuk mendapatkan gas tersebut. Bahkan ada rakyat yang meninggal,” ujar Jamiluddin.
Menurutnya, kebijakan tersebut sangat tidak berpihak kepada rakyat kecil. “Kebijakan itu jauh dari keinginan untuk melayani rakyat,” tambahnya.
Jamiluddin juga menilai kebijakan Bahlil tidak sejalan dengan prinsip kepemimpinan Presiden RI Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya keberpihakan kepada rakyat. Prabowo sebelumnya telah menegaskan bahwa menteri yang tidak prorakyat harus dievaluasi.
“Karena itu, saatnya Prabowo mereshuffle Bahlil. Sebab kebijakan Bahlil tidak sejalan dengan kebijakan Prabowo. Bahlil hanya membebani Prabowo saja,” tegasnya.
Spanduk-spanduk bernada protes tersebut tidak hanya terlihat di Jakarta tetapi juga muncul di wilayah Bogor. Kemunculannya menjadi simbol penolakan masyarakat terhadap kebijakan Kementerian ESDM terkait larangan penjualan LPG 3 kilogram oleh pengecer.
Larangan ini menyebabkan antrean panjang pembelian LPG 3 kg di berbagai daerah, bahkan dikabarkan telah menelan korban jiwa. Masyarakat mendesak agar Presiden Prabowo segera mengambil langkah tegas dengan mencopot menteri yang dianggap membebani pemerintahan.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok