Repelita, Jakarta - Isu Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bergabung dengan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) menguat menjelang HUT ke-65 ormas sayap Golkar tersebut. Namun, Gibran tidak hadir dalam puncak acara HUT ke-65 MKGR yang berlangsung di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada Sabtu (18/1/2025).
Pengamat politik Adi Prayitno mengungkapkan potensi keuntungan dan kerugian bagi Gibran dan ayahnya, Presiden ke-7 Joko Widodo, jika bergabung dengan Golkar. Menurut Adi, hubungan Jokowi dan keluarganya dengan Golkar telah terjalin sejak lama, terlebih setelah Bahlil Lahadalia terpilih sebagai Ketua Umum Golkar. Bahlil, yang dikenal dekat dengan Jokowi, dinilai berperan besar dalam penguatan hubungan antara Golkar dan Presiden.
Adi melihat ada beberapa keuntungan bagi Gibran jika menjadi kader Golkar. Golkar sebagai partai besar bisa memberikan perlindungan politik terhadap Gibran yang terus menerus mendapat serangan, cemoohan, dan bullyan, terutama setelah mencalonkan diri sebagai wakil presiden. Serangan terhadap Gibran dianggap tidak adil, dengan tuduhan bahwa dia dianggap belum cukup umur untuk menduduki posisi tersebut.
"Golkar akan jadi pelindung bagi Gibran, karena partai ini memiliki politikus senior yang berpengalaman yang bisa membantu melawan serangan-serangan politik terhadap Gibran dan Jokowi," kata Adi.
Namun, Adi juga menyebutkan kerugian yang bisa muncul dari bergabungnya Gibran dengan Golkar. Sebagai putra Jokowi, Gibran berisiko terjebak dalam sentimen negatif yang mungkin diterima oleh Golkar. Golkar bisa menjadi "samsak" bagi kemarahan publik terhadap Jokowi, terutama pasca-Pilpres 2024. Banyak pihak yang masih kecewa dengan keputusan Jokowi dalam Pemilu 2024, yang berpotensi merembet ke Golkar.
Adi menjelaskan, banyak politisi senior di tubuh Golkar yang kemungkinan tidak sepenuhnya mendukung keinginan politik Gibran. Walaupun Golkar merupakan partai yang solid, status Gibran sebagai anak presiden dapat memperburuk dampak politik jika publik melampiaskan kemarahan mereka kepada Golkar.
Selain itu, Gibran bisa memanfaatkan Golkar untuk kepentingan politik jangka panjang. Adi meyakini, Gibran memiliki ambisi untuk lebih dari sekadar menjadi wakil presiden dan mungkin melihat Golkar sebagai kendaraan politik untuk menuju Pilpres 2029.
Adi juga mengingatkan, meskipun Golkar tidak memiliki calon presiden atau wakil presiden dalam Pilpres 2024, mereka tetap memiliki mesin politik yang kuat dan pengalaman politik yang sudah teruji.
Namun, keberadaan banyak faksi dalam Golkar dapat mempengaruhi keputusan mereka terkait Gibran. Golkar harus mempertimbangkan banyak faktor politik yang ada sebelum memutuskan untuk memberikan dukungan penuh kepada Gibran.
Terkait hal ini, Wakil Ketua MKGR, Soedeson Tandra, mengungkapkan bahwa hingga saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa Jokowi atau Gibran akan bergabung dengan MKGR. Meski demikian, MKGR terbuka bagi siapa pun yang ingin bergabung, termasuk Jokowi dan Gibran.
"Jika mereka ingin bergabung, kami akan menyambut mereka dengan tangan terbuka," ujar Tandra.
Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, juga mengatakan bahwa meskipun Gibran tidak hadir dalam puncak perayaan HUT MKGR, salam hormat dari Wakil Presiden telah disampaikan kepada seluruh anggota MKGR. Bahlil menambahkan bahwa Gibran tetap mencintai MKGR, meskipun ia tidak menjelaskan apakah ini adalah sinyal bahwa Gibran akan bergabung dengan organisasi tersebut.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok