Repelita Jakarta - Kader Partai Kebangkitan Bangsa, Umar Hasibuan, heran dengan sikap Ketua Umum PB Nahdatul Ulama, Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, terkait pernyataan dinobatkannya Presiden ke-7 Indonesia, Jokowi, sebagai tokoh terkorup di dunia. Menurut Umar, sebagai Ketum PBNU, Yahya seharusnya lebih lantang bersuara membela Palestina, bukan malah membela Jokowi.
“Sebagai ketum PBNU, mustinya Yahya ini lantang bersuara belain Palestina,” kata Umar dalam unggahannya di X, Senin (6/1/2025). Ia merasa heran karena yang terlihat, Yahya lebih memilih untuk membela Jokowi.
“Heran urusan Jokowi dia malah bersuara. Apa pendapat kalian ges tentang Yahya ini?” tambahnya.
Sementara itu, Yahya sendiri meragukan kredibilitas lembaga yang menobatkan Jokowi sebagai tokoh terkorup dunia, yaitu Organised Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP). Dalam wawancaranya di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (3/1/2025), Yahya menyatakan, “Kita juga gak tau apakah ini cukup kredibel atau nggak.”
Menurut Yahya, OCCRP bukanlah lembaga hukum, melainkan sebuah organisasi swadaya masyarakat. “Kalau yang menetapkan misalnya lembaga tribunal, misalnya pengadilan internasional, atau apa soal lain. Tapi ini, ini NGO ya, saya juga baru dengar ada OCCRP. Baru kali ini saya dengar ya, di Belanda kan banyak yang begitu,” jelasnya.
Yahya menilai, penetapan tersebut lebih terlihat sebagai bagian dari kampanye politik. “Saya pribadi melihatnya sebagai bagian dari semacam kampanye politik saja, entah itu tujuan pertarungan apa. Siapa saja bisa bikin lembaga atau apa, kemudian membuat kampanye dengan cara, ya saya kira semua orang bisa asalkan ada biayanya untuk satu isu kan bisa,” ujarnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok