Repelita Jakarta - Pemerhati sosial politik, Stefan Antonio, kembali melontarkan kritik tajam terhadap Presiden ke-7 Indonesia, Jokowi, terkait masuknya nama mantan presiden itu dalam nominasi tokoh terkorup dunia versi Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).
Dalam pernyataannya di X @StefanAntonio_, ia menyoroti dampak besar dari kabar ini terhadap reputasi Indonesia di mata dunia.
“Bau busuk ini mulai dicium oleh negara-negara lain di dunia,” ujar Stefan (4/1/2025).
Ia menyesalkan bagaimana nama baik yang selama ini dijaga dengan susah payah oleh bangsa Indonesia justru hancur berantakan akibat kabar tersebut.
Stefan juga mengingatkan bahwa kekuasaan tidak membuat seseorang kebal dari pengungkapan kebenaran.
“Jangan pernah merasa jumawa, bahwa anda untouchable, tuan. Kebenaran akan menemukan jalannya untuk mengungkap semua kebusukanmu,” tegasnya.
Stefan kemudian menyampaikan sindiran keras kepada Jokowi. Ia mengajak ayah Gibran Rakabuming itu untuk bersiap menghadapi konsekuensi atas tindakannya selama menjabat.
"Duduk manis dan lihatlah kejatuhanmu, tuan,” pungkasnya.
Pernyataan ini mencerminkan kekecewaan masyarakat terhadap isu-isu besar yang mencoreng citra kepemimpinan Jokowi, terutama menjelang akhir masa jabatannya. Adapun nominasi tersebut terus menjadi bahan diskusi panas di berbagai kalangan, baik di dalam negeri maupun internasional.
Dan bau busuk ini mulai dicium, negara-negara lain dunia.
Semua nama baik yang sejak awal dijaga. Sekarang hancur berantakan di depan mata.
Jadi anda jangan pernah merasa jumawa, bahwa anda untouchable tuan.
Kebenaran akan menemukan jalannya. Untung mengungkap semua kebusukanmu.
Duduk manis dan lihatlah kejatuhanmu tuan.
Sebelumnya diketahui, setelah Jokowi dinobatkan sebagai salah satu pejabat paling korup di dunia oleh OCCRP, berbagai tokoh publik dan pendukungnya berlomba-lomba membela.
Setelah Arief Poyuono (Gerindra), Irma Suryani (NasDem), dan Muhammad Romahurmuziy (PPP), kini giliran Ketua Biro Ideologi dan Kaderisasi DPW PSI Bali, Dedy Nur, yang angkat bicara.
Selain Jokowi, terdapat lima pemimpin dunia yang masuk dalam nominasi tersebut.
Di antaranya, Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, Mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, hingga pebisnis India Gautam Adani.
Sementara di urutan pertama adalah Presiden Suriah Bashar al-Assad yang kini lari ke Rusia.
Sekadar diketahui, OCCRP merupakan organisasi jurnalisme investigasi dunia yang fokus pada isu korupsi dan kejahatan terorganisasi. Tempo salah satu media yang menjalin kolaborasi dengan OCCRP.
Menurut Dedy, tuduhan ini adalah bagian dari konsekuensi atas kecanggihan Jokowi dalam berpolitik.
"Jokowi memang politisi canggih, itulah mengapa serangan roket jenis fitnah, hoax dan informasi palsu selalu datang silih berganti," ujar Dedy dalam keterangannya di aplikasi X @DedynurPalakka (2/1/2025).
Blak-blakan, Dedy mengatakan bahwa serangan yang bertubi-tubi ke arah Jokowi merupakan buntut dari efek kecanggihan dirinya.
"Itu semua adalah efek samping dari kecanggihan beliau dalam berpolitik. Ini terlepas dari sentimen suka atau tidak suka, karena fakta canggih itu tidak berpihak ia faktual," sebutnya.
Dedy menilai serangan tersebut tidak lebih dari tuduhan palsu yang sulit dibuktikan.
"Ini namanya tuduhan palsu, karena uang itu ada dimana-mana, bukan hanya ada dalam angan-angan," cetusnya.
Dedy juga menyoroti bahwa banyak istilah negatif yang terlanjur menempel pada Jokowi di mata publik.
"Silakan saja buktikan bahwa tuduhan dari lembaga Internasional itu benar, jika tidak pun artinya label, cap, dan beragam istilah yang dialamatkan ke Jokowi sudah terlanjur menempel dalam kesadaran banyak orang," tandasnya.
Namun, Dedy mengajak publik untuk mencermati reaksi Jokowi terhadap tudingan tersebut.
"Tapi, yang penting kita baca adalah reaksi orang yang kena tuding, apakah dia panik atau malah terpantau bodo amat dengan semua tuduhan itu," kuncinya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok