Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Rusak Tatanan Politik di Akhir Masa Jabatannya, Saidiman Ahmad: Dukungan kepada Jokowi Memudar

 

Repelita Jakarta - Pengamat politik Saidiman Ahmad memberikan analisis kritis terkait perjalanan politik Presiden ke-7, Joko Widodo, di penghujung masa jabatannya.

Dikatakan Saidiman, Jokowi yang dulu dielu-elukan sebagai simbol reformasi kini menghadapi tantangan berat, kehilangan dukungan dari kelompok masyarakat sipil pro-reformasi, akademisi, dan media yang pernah menjadi pendukung utamanya.

Saidiman mengingatkan bahwa satu dekade lalu, pamor politik Jokowi menanjak berkat dukungan dari tiga elemen penting tersebut. Soliditas masyarakat sipil, kalangan akademisi, dan media yang kritis terhadap kekuatan politik dominan berhasil meyakinkan publik untuk memberikan kepercayaan kepada Jokowi.

"Di atas harapan besar itu, Jokowi berhasil menjadi presiden selama dua periode," ujar Saidiman dalam keterangannya di aplikasi X @saidiman (4/1/2025).

Namun, perjalanan politik Jokowi kini disebut Saidiman berbelok jauh dari nilai-nilai reformasi. Ia menilai Jokowi yang sebelumnya diharapkan menjadi penjaga demokrasi justru merusak tatanan politik.

"Wacana tiga periode, penundaan pemilu, keputusan kontroversial Mahkamah Konstitusi terkait cawapres, hingga isu intervensi hukum dan kampanye adalah beberapa langkah yang menunjukkan penyimpangan itu," katanya.

Langkah-langkah ini, menurut Saidiman, membuat tiga elemen utama pendukung Jokowi di masa lalu berbalik arah. Masyarakat sipil, akademisi, dan media kini mengambil posisi berlawanan dengan sang presiden. Namun, Saidiman mengatakan bahwa Jokowi tampaknya tidak terlalu peduli dengan hilangnya dukungan ini.

"Ia merasa dikelilingi oleh kawan-kawan baru: konglomerat, oligarki, pemilik partai, dan pejabat dari berbagai kalangan," jelasnya.

Meski demikian, Saidiman mengingatkan bahwa dukungan dari kawan baru ini tidaklah permanen.

"Dukungan mereka bersifat pragmatis. Mereka mendekat karena Jokowi masih memegang kekuasaan," tegasnya.

Ia menambahkan bahwa ketika masa jabatan Jokowi berakhir, dukungan dari kelompok ini akan mulai surut.

Saidiman mencontohkan sejumlah tanda memudarnya dukungan tersebut. Pengusaha besar seperti Aguan mulai berani berbicara terbuka tentang barter investasi terkait proyek IKN, yang menunjukkan rasa segan terhadap Jokowi mulai hilang.

Di sisi lain, isu Jokowi akan memimpin partai besar setelah pensiun kini mulai mereda. Bahkan, elit politik seperti Golkar secara halus menyatakan bahwa posisi penting di partainya sudah terisi, yang menurut Saidiman adalah bentuk penolakan terhadap Jokowi.

Media massa juga mulai menunjukkan perubahan sikap. Jika sebelumnya dianggap terkooptasi, kini media semakin berani melaporkan kritik terhadap Jokowi, termasuk pemberitaan terkait nominasi tokoh terkorup dunia yang diungkap oleh OCCRP.

Media kini lebih bebas, karena tidak ada lagi tekanan dari seorang presiden yang akan segera mengakhiri masa jabatannya.

Menurut Saidiman, posisi Jokowi di penghujung masa jabatannya semakin sulit. Selain kehilangan kekuasaan formal, ia juga menghadapi krisis moral.

"Partai politik mana yang ingin dekat dengan figur yang menjadi musuh bersama masyarakat sipil, akademisi, dan media independen? Apalagi dengan citra yang tercoreng akibat nominasi tokoh terkorup dunia," tambahnya.

Ia menutup analisanya dengan menyebut bahwa Jokowi kini berada dalam situasi di mana dukungan pragmatis yang ia bangun selama menjabat perlahan akan sirna, sementara dukungan moral dari kelompok reformis yang ia tinggalkan tidak bisa kembali.

"Tanpa kekuasaan, kawan-kawan pragmatisnya juga tidak akan memberikan nilai lebih," pungkas Saidiman.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved