Repelita Jakarta - Jauh sebelum PSSI memutuskan untuk memecat Shin Tae-yong (STY) sebagai pelatih Timnas Indonesia, Hard Gumay sudah memprediksi masa depan pelatih asal Korea Selatan itu.
Pada 2021, Hard Gumay menyampaikan ramalannya bahwa posisi STY di Timnas Indonesia tidak akan bertahan lama dan akan digantikan dalam waktu 3 hingga 5 tahun ke depan. Hal ini berarti, menurut prediksi Hard Gumay, sekitar tahun 2024-2025, PSSI kemungkinan besar akan melakukan perubahan pada kursi kepelatihan Timnas Indonesia.
"Untuk Timnas Indonesia, ya, dari sekarang menuju 3-5 tahun ke depan, pertama jelas akan ada pergantian pelatih," ujar Hard Gumay dalam sebuah video yang diunggah oleh akun TikTok @yeelatuuuu, pada Rabu (8/1/2025).
Pada waktu itu, Hard Gumay juga menekankan bahwa STY tidak akan lama bertahan di Indonesia dan akan kembali ke Korea Selatan. "Intinya, sosok Shin Tae-yong tidak akan bertahan lama dengan Timnas Indonesia. Jadi, dia akan kembali ke Korea Selatan," katanya.
Lebih jauh lagi, Hard Gumay juga meramalkan bahwa pemecatan Shin Tae-yong akan memicu kontroversi. Menurutnya, ada pelanggaran perjanjian antara STY dan pihak yang merekrutnya menjadi pelatih.
"Ada pro dan kontra juga, ada keributan juga, ada ketidaknyamanan, ada ketidaksepakatan, dan ada juga pelanggaran perjanjian antara pihak pelatih dan yang merekrutnya," jelasnya.
Pernyataan Hard Gumay mengenai pelanggaran perjanjian itu pun menarik perhatian warganet. Banyak yang bertanya-tanya terkait apa yang dimaksud oleh Hard Gumay mengenai pelanggaran tersebut, terutama berkaitan dengan kontrak STY yang sebelumnya diperpanjang hingga 2027 namun kemudian diputuskan oleh PSSI.
Beberapa komentar dari warganet antara lain menyebutkan, "Apa pelanggaran perjanjian yang dimaksud ini terkait masalah kontrak STY yang diperpanjang sampai 2027 terus diputus gitu aja sama PSSI?" tanya netizen.
"Benar kok, 3-5 tahun ke depan STY diganti dan tidak lama akan ada pergantian. PSSI melanggar kesepakatan dan pro kontra itu juga benar," kata netizen lainnya.
Tanggapan dari masyarakat juga semakin memperjelas ketidakpuasan yang muncul terkait keputusan PSSI, dengan banyak yang menganggap langkah pemecatan STY sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan yang ada.
Penting untuk mencermati dinamika antara PSSI dan Shin Tae-yong, yang bukan hanya soal keputusan teknis dalam dunia sepak bola, tetapi juga menyentuh soal hubungan perjanjian dan kepercayaan antar pihak yang terlibat.
Menyelesaikan masalah ini dengan transparansi dan komunikasi yang baik akan menjadi kunci agar sepak bola Indonesia tetap berkembang dan membawa hasil yang positif di masa depan. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok