Repelita Beijing - Sebuah video yang diunggah akun TikTok @sixtytwomedia menampilkan seorang polisi Tiongkok dengan tegas melarang seorang pria berpakaian feminin layaknya perempuan di ruang publik.
Dalam video tersebut, polisi tersebut mengatakan, "Cepat pergi dari sini! Pria memakai pakaian wanita tidak boleh di sini. Kau kira pantas memakainya? Di area ini, pria memakai pakaian wanita tidak diizinkan," ujar polisi dalam video itu, dikutip Jumat (3/1/2025).
Kejadian ini mencerminkan kebijakan pemerintah Tiongkok yang melarang pria berpenampilan feminin atau tidak maskulin tampil di televisi dan ruang publik tertentu. Larangan tersebut merupakan bagian dari langkah yang diambil Presiden Xi Jinping untuk menegakkan moralitas di masyarakat, termasuk dalam industri hiburan.
Aturan itu telah berlaku sejak tahun 2021 lalu. Pemerintah Tiongkok mengungkapkan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk melindungi generasi muda dari pengaruh budaya asing yang dianggap tidak sesuai dengan nilai tradisional.
Fenomena pria feminin, yang sering diasosiasikan dengan artis pop berpenampilan ramping dan modis dari Korea Selatan dan Jepang, dianggap tidak mendorong pria muda Tiongkok untuk menjadi lebih maskulin.
Larangan ini juga mencerminkan kekhawatiran pemerintah bahwa pengaruh budaya pop dan artis idola dapat melemahkan moralitas dan identitas pria muda di Tiongkok.
"Ini adalah upaya untuk melindungi kaum muda China," ujar salah satu pejabat pemerintah.
Kebijakan ini mendapat beragam tanggapan. Sebagian masyarakat mendukung langkah ini sebagai upaya untuk memperkuat moralitas dan identitas nasional.
Namun, kritik juga muncul, terutama dari kalangan aktivis hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi, yang menganggap larangan ini sebagai bentuk pembatasan terhadap kebebasan individu.
Sementara itu, larangan ini telah mulai berdampak pada industri hiburan di Tiongkok, di mana stasiun televisi dan platform media diperintahkan untuk tidak menampilkan selebriti dengan gaya feminin atau lembut.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok