Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Mangkrak Sejak 2017, Meikarta Jadi Kota Mati: Penyebab Gagalnya Proyek Rp 278 Triliun Ternyata Gegara Ini

 Mangkrak Sejak 2017, Meikarta Jadi Kota Mati: Penyebab Gagalnya Proyek Rp 278 Triliun Ternyata Gegara Ini

Repelita, Cikarang - Kasus proyek properti Meikarta yang berada di kawasan Cikarang kembali menjadi sorotan publik. Proyek yang diumumkan pada 2017 dengan nilai Rp 278 triliun ini hingga kini belum menunjukkan perkembangan yang jelas.

Meikarta, yang awalnya dipromosikan sebagai kota baru berskala internasional oleh Lippo Group, mengalami berbagai kendala sejak awal perencanaannya. Proyek ini sempat menarik perhatian publik karena penawaran harga yang sangat menggiurkan, dengan unit apartemen dijual mulai dari Rp 127 juta. Namun, belakangan banyak pihak mempertanyakan kelanjutan pembangunan yang terhenti.

Fenomena ini semakin mengundang perhatian karena di tengah gemerlap industri properti Indonesia, proyek-proyek serupa sering kali mengalami kendala atau bahkan gagal mencapai tujuan. Meikarta, dengan lokasi yang sangat strategis di kawasan Bekasi dan Cikarang, yang merupakan kawasan industri terbesar di Indonesia, memiliki potensi besar untuk berkembang. Namun, masalah perizinan yang rumit dan harga jual yang dirasa tidak realistis menjadi hambatan utama.

Pada awalnya, Lippo Group menyebutkan bahwa proyek ini memiliki izin untuk membangun di lahan seluas 350 hektar, yang kemudian diperluas menjadi 500 hektar. Namun, pada 2017, Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, sempat meminta agar proyek ini dihentikan karena belum mendapatkan rekomendasi resmi dari pemerintah provinsi. Pemprov Jabar hanya memberikan rekomendasi izin untuk 84,6 hektar lahan.

Persoalan izin ini menyebabkan terjadinya penundaan dalam proses pembangunan, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan biaya proyek. Keterlambatan juga berdampak pada reputasi Lippo Group, yang semakin tergerus seiring berjalannya waktu.

Harga jual yang sangat rendah untuk apartemen di Meikarta, yang hanya sekitar Rp 7 juta per meter persegi, juga memunculkan pertanyaan. Sejumlah pihak memprediksi bahwa Lippo Group sengaja menawarkan harga murah di awal untuk menarik perhatian investor dan calon penghuni. Namun, prediksi ini terbentur pada kenyataan bahwa masalah perizinan dan kesulitan lainnya membuat proyek ini sulit untuk dilanjutkan.

Komentar netizen muncul terkait dengan proyeksi masa depan Meikarta, "Proyek besar seperti Meikarta harusnya lebih jelas pengelolaannya. Kalau terus begini, bisa-bisa hanya menjadi proyek yang terlupakan," ujar seorang pengguna media sosial.

Kasus Meikarta ini menjadi salah satu contoh bagaimana proyek besar bisa terhambat oleh berbagai faktor eksternal seperti perizinan dan manajemen yang tidak tepat. Diharapkan, publik dapat lebih bijak dalam menilai perkembangan proyek properti di Indonesia yang memiliki tantangan besar di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved