Repelita Jakarta - Eep Saefulloh Fatah menyoroti perjalanan politik Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden termuda dalam sejarah Indonesia.
Dalam pandangannya, posisi ini tidak hanya memberikan keuntungan politik, tetapi juga membawa sejumlah risiko besar yang dapat menjadi jebakan di masa depan, akibat dari akrobat politiknnya sendiri.
Ia menggarisbawahi bahwa eksposur besar-besaran terhadap Gibran di media sosial maupun media massa membuka peluang bagi publik untuk menilai secara rinci kemampuan dan kekurangannya.
Salah satu kritik utama adalah keterbatasan Gibran dalam komunikasi publik, yang menurut Eep terlihat dari sejumlah momen viral.
Menurut Eep, sebagai sosok muda yang masih minim pengalaman politik nasional, Gibran menghadapi dua kemungkinan strategi dalam membangun karier politiknya.
Pertama, ia dapat memilih untuk "bersembunyi dalam gelap" dan muncul di momen yang tepat sebagai kejutan politik.
Strategi ini dapat memanfaatkan elemen kejutan untuk menarik perhatian dan menggalang dukungan.
Namun, sebagai Wakil Presiden yang terus berada di bawah sorotan publik, opsi ini tidak tersedia untuk Gibran.
Ia harus menjalani strategi kedua, yaitu tetap berada di bawah lampu sorot selama lima tahun masa jabatannya.
“Jadi, akrobat politik Gibran bukan tanpa risiko. Kita tidak bisa menilai bahwa karena ia Wakil Presiden, maka ia otomatis punya harapan besar untuk menjadi kompetitor atau kontender bagi siapa pun dalam satu kontestasi di masa depan yang dekat,” bebernya.
“Sebagai Wakil Presiden, ia memang memiliki modal yang luar biasa banyak. Tapi jangan lupa, berada di bawah lampu sorot juga bisa menjadi jebakan,” lanjut Eep Saefulloh dilansir dari youtube keep talking.
Dalam situasi ini, publik tidak hanya melihat kelebihannya, tetapi juga kekurangan yang bisa mengikis nilai politiknya.
Eep Saefulloh mengingatkan bahwa keberadaan Gibran di bawah perhatian publik secara terus-menerus menyimpan risiko besar.
Meski posisi Wakil Presiden memberikan modal politik yang signifikan, lampu sorot juga dapat membuka sisi gelap yang selama ini mungkin tersembunyi.
Blunder politik atau komunikasi yang dilakukan Gibran, menurut Eep Saefulloh, bisa mempercepat degradasi kredibilitas dan menurunkan nilai jual politiknya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok