Repelita, Jakarta - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengumumkan rencana untuk mengumpulkan para ahli dengan pandangan pro dan kontra mengenai Gunung Padang, sebuah situs megalitik yang terletak di Cianjur, Jawa Barat.
Fadli menyampaikan hal tersebut dalam wawancara di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (9/1). Menurutnya, perbedaan pendapat di kalangan para ahli terkait asal-usul dan pentingnya Gunung Padang perlu disatukan melalui diskusi ilmiah.
"Kita akan segera mengumpulkan para ahli yang berbeda pendapat juga nih. Ahli-ahli yang pro dan kontra, atau yang pendapat berbeda-beda untuk dikumpulkan. Karena tesis, antitesis itu bisa menjadi sintesis kan begitu ya," ujar Fadli.
Tujuan dari rencana ini adalah untuk mendorong penelitian yang lebih mendalam terhadap situs tersebut, yang dianggap sebagian pihak sebagai salah satu bukti peradaban tertua di dunia.
"Kita harapkan bisa memulai kembali satu penelitian dan kajian terhadap Gunung Padang ke depan," tambah Fadli.
Namun, situs ini tak lepas dari pro dan kontra pendapat para ahli mengenai Gunung Padang. Langkah ini diharapkan dapat memberikan kejelasan mengenai nilai sejarah dan arkeologis situs tersebut, serta menjawab berbagai spekulasi tentang apakah situs tersebut benar-benar menjadi bukti peradaban tertua di Indonesia.
Sementara itu, Arkeolog Universitas Indonesia (UI) Dr. Ali Akbar menyebutkan adanya piramida yang lebih tua dari Piramida Mesir di Gunung Padang. Hal ini diketahui dari bebatuan yang terdapat di dalam situs tersebut.
Ali menjelaskan bahwa meskipun bebatuan di permukaan Gunung Padang diperkirakan berasal dari 5000 SM, riset lebih dalam menunjukkan bahwa ada lapisan yang lebih tua di dalam Gunung Padang dan tanah sekitarnya.
"Riset di samping bukit-bukit itu kita perdalam ke dalam tanah ke dalam 2 meter. Nah, di kedalaman 4 meter itu ketemu lapisan budaya yang lebih tua yang usianya 5.900 SM. Nah, itu yang lebih tua dari Piramida Mesir bahkan dari Ziggurat di Mesopotamia," jelas Ali.
Ali juga menyambut baik rencana Fadli Zon untuk mengumpulkan ahli-ahli terkait Gunung Padang. "Bagi saya ini penting untuk melihat bahwa memang ada kemegahan di Gunung Padang," katanya.
Penelitian yang dimulai pada 2012 lalu sempat menunjukkan bukti peradaban yang nyata setelah ekskavasi. Namun, penelitian tersebut terhenti pada 2014 akibat keterbatasan peralatan riset.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok
