Repelita, Jakarta - Di sudut wilayah Kulawi yang tenang, sebuah gemuruh muncul dari bibir seorang polisi bernama Briptu Yuli Setyabudi. Ia, sosok yang seharusnya menjadi penjaga ketertiban, kini mencuat ke permukaan berita dengan pernyataan yang mengguncang.
Sebuah sayembara tak biasa ia ciptakan, menantang masyarakat untuk ditembak olehnya. Dengan nada enteng, ia berujar, “Nanti kamu saya tembak, kena kaki atau tidak. Bagaimana? Nanti kita kasih hadiah.”
Bukan sembarang ucapan, kalimat ini menyebar cepat, menyulut api kecaman dan keprihatinan.
Briptu Yuli, dengan segala kesan menantangnya, menyebut bahwa ia gemar tantangan. Namun, di balik layar keberaniannya, jejak suram masa lalu ikut membayangi.
Sebelum kontroversi ini, namanya telah tercatat dalam buku hitam institusi yang ia wakili. Kasus judi online, penipuan, dan penggelapan mobil rental adalah sebagian dari daftar pelanggaran yang pernah menyeretnya ke hadapan sidang kode etik.
Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Pol Djoko Wienartono, membenarkan hal ini, menegaskan, Briptu Yuli pernah menjalani sidang disiplin terkait tindak pidana tersebut.
Namun, bukan hanya kesalahan di masa lalu yang kini menjadi sorotan. Ucapannya yang penuh tantangan tak hanya meresahkan, tetapi juga menodai tanggung jawab yang ia emban sebagai seorang penegak hukum.
Di tengah masyarakat yang menggantungkan harapan pada sosok berseragam, kehadirannya menjadi ironi yang menyakitkan.
“Saya suka tantangan,” begitu ia berkata, seakan melupakan peran utamanya. Kata-katanya, meski mungkin diucapkan dengan enteng, membuka luka baru bagi institusi yang seharusnya berdiri sebagai penjaga keadilan.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok