Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

"Rizal Fadillah: Proyek Strategis Nasional di PIK Cerminkan Penjajahan Gaya Baru"

 M Rizal Fadillah saat kunjungan langsung ke IKN. Foto: dokpri – semarak.co

Repelita, Jakarta 18 Desember 2024 - Pemerhati politik dan kebangsaan M. Rizal Fadillah kembali menyampaikan kritik tajam terhadap proyek pembangunan strategis di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) yang dinilai mencerminkan bentuk penjajahan baru atas tanah rakyat. Dalam pernyataannya, Rizal Fadillah mengaitkan kondisi saat ini dengan sejarah perlawanan rakyat Banten terhadap VOC di masa lalu.

Menurut Rizal Fadillah, sejak kedatangan VOC ke Pulau Jawa, Banten telah menjadi target utama penaklukan karena pelabuhannya yang strategis. Perlawanan heroik dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa, dengan catatan perang besar pada tahun 1656 dan 1680. Namun, pada 1683 Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara di Batavia akibat strategi adu domba antara dirinya dan putranya, Sultan Haji, yang didukung oleh VOC.

Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi teladan sikap anti-penjajahan, ungkap Rizal. Ia menjelaskan bahwa saat itu, pelabuhan Karang Antu menjadi pusat perlawanan terhadap penguasaan Batavia. Penjajah Belanda, bersama komunitas etnis Cina yang berdatangan dari Tiongkok untuk berdagang, mendapat perlindungan VOC dan menjadi lawan rakyat Banten.

Rizal Fadillah kemudian mengkritik penguasaan lahan di Pantai Indah Kapuk 1 (PIK 1) dan Pantai Indah Kapuk 2 (PIK 2) yang saat ini dianggapnya sebagai pintu strategis hegemoni bisnis dan politik di wilayah Jakarta dan Banten. Ia menilai proyek ini tidak lebih dari bentuk baru penguasaan tanah rakyat pribumi dengan kedok destinasi pariwisata.

Proyek Strategis Nasional (PSN) seperti ini hanya akal-akalan untuk merampas hak rakyat. Alam dirusak, tanah rakyat dibeli dengan harga murah, dan aparat digunakan untuk menekan perlawanan, tegas Rizal.

Ia menyerukan agar rakyat Banten bersatu melawan manipulasi yang mengatasnamakan pembangunan dan pariwisata. Rizal juga menyinggung keterlibatan tokoh-tokoh besar seperti Aguan dan Salim yang, menurutnya, memanfaatkan kekuasaan pemerintah untuk mempercepat penguasaan lahan.

Rizal Fadillah mengajak pemuka Banten, termasuk Sultan Banten, untuk menjadi simbol perlawanan seperti yang dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa di masa lalu. Kini saatnya Sultan bersama rakyat menjadi pemersatu perjuangan demi kedaulatan, harga diri, dan keadilan, tambahnya.

Mengakhiri pernyataannya, Rizal menegaskan bahwa melawan adalah bentuk harapan, sementara menyerah hanya akan menghancurkan masa depan bangsa.

Anak bangsa ini tidak boleh dijajah oleh siapapun dan atas nama apapun, pungkasnya. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved