Repelita, Jakarta 14 Desember 2024 - Sri Meilina, ibu kandung dokter koas Universitas Sriwijaya (Unsri) Lady Aurellia Pramesti, kini tengah menjadi perhatian publik. Sri disebut-sebut sebagai dalang dalam kasus penganiayaan yang melibatkan anaknya dengan senior dokter koas di Palembang.
Sri Meilina dikenal sebagai pengusaha batik terkenal di Palembang, Sumatera Selatan. Berbagai produk batik hasil karyanya dikenal luas di kalangan pengusaha UMKM di daerah tersebut. Namun, keberadaan Sri Meilina sekarang dikaitkan dengan persoalan serius terkait penganiayaan putrinya, Lady Aurellia Pramesti.
Menurut informasi yang beredar, kasus ini berawal ketika Lady Aurellia Pramesti, yang menjabat sebagai ketua koas, membuat kesepakatan mengenai jadwal piket malam tim dokter koas Unsri. Namun, anak Sri tidak mengikuti kesepakatan yang sudah dibuat bersama ketua tim lainnya, Luthfi.
Konflik semakin memanas ketika Lady melaporkan masalah jadwal tersebut. Tidak lama setelah itu, ketua koas Luthfi dipanggil oleh orang tua Lady ke sebuah restoran di Palembang. Pembahasan mengenai jadwal piket berakhir dengan penganiayaan. Luthfi mengalami luka-luka akibat serangan salah satu pengawal orang tua Lady.
Situasi ini dipicu oleh ketidakpuasan orang tua Lady terkait keputusan yang dibuat oleh ketua koas tentang jadwal piket anaknya. Hal ini menunjukkan ketegangan yang muncul antara orang tua Lady dan para dokter koas, yang kemudian berujung pada insiden penganiayaan.
Pengusaha Sri Meilina kini menjadi sorotan publik akibat keterkaitan keluarganya dalam masalah ini. Dengan reputasinya sebagai pengusaha batik ternama, keterlibatan Sri dalam kasus ini menambah kompleksitas persoalan yang sedang berkembang di lingkungan Unsri.
Publik mulai menyoroti bagaimana konflik internal dokter koas dapat melibatkan elemen keluarga dari pihak terkait. Kejadian ini juga memunculkan pertanyaan tentang pengelolaan kerja tim dan koordinasi antara para dokter koas di lingkungan pendidikan kedokteran.
Kondisi ini menimbulkan keresahan di kalangan mahasiswa, dosen, dan pihak kampus mengenai efektivitas komunikasi dan kerjasama di antara tenaga medis. Dengan keterlibatan keluarga dalam kasus ini, pihak terkait dituntut untuk menemukan solusi agar konflik serupa tidak terulang di masa depan.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok