Repelita Jakarta - Guru Besar Universitas Airlangga dan pengamat politik, Prof. Henri Subiakto, memberikan pandangannya mengenai situasi politik belakangan ini. Meski mengaku bukan simpatisan PDI Perjuangan (PDIP), Henri menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan partai yang kuat dan ideologis seperti PDIP.
"Belajar dari pengalaman politik selama ini, masa sekarang saya lebih percaya apa yang disampaikan Mbak Connie dan Mas Hasto serta Bu Megawati," ujar Henri dalam keterangannya di aplikasi X @henrysubiakto pada 28 Desember 2024.
Henri juga menyatakan bahwa konsistensi dalam sikap dan ucapan sangat penting dalam dunia politik. Ia bahkan membandingkan PDIP dengan Presiden Jokowi dan keluarganya, yang menurutnya memiliki rekam jejak inkonsisten dalam berbicara.
"Dari pada omongan Pak Jokowi dan keluarganya yang memang terkenal memiliki track record inkonsisten dalam bicara," sebutnya.
Henri menambahkan, saat ini dibutuhkan keberanian dan integritas dalam menghadapi situasi politik yang penuh tantangan. "Dalam kondisi negara seperti sekarang, negeri ini butuh adanya Partai yang kuat dan ideologis seperti PDIP," tandasnya.
Baginya, sosok seperti Megawati Soekarnoputri dan figur-figur di PDIP menjadi simbol keberanian yang dibutuhkan untuk membawa arah politik ke jalur yang lebih jelas dan tegas. "Serta butuh orang-orang yang berani bicara apa adanya, dengan mempertaruhkan segala risikonya," kuncinya.
Sebelumnya, penetapan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuai tanggapan dari berbagai pihak, termasuk Guru Besar Hubungan Internasional di Universitas Negeri Saint Petersburg, Rusia, Connie Rahakundini Bakrie.
Connie mengaku telah mengamankan sejumlah dokumen penting terkait Hasto yang berpotensi menjadi "bom waktu" di kemudian hari. "Banyak dokumen penting sudah saya amankan di Rusia. Saat saya pulang ke Indonesia, saya dititipi dokumen-dokumen tersebut dan sudah saya notariskan," ungkap Connie dikutip dalam unggahan akun X @WGreborn pada 27 Desember 2024.
Dikatakan Connie, dokumen tersebut disiapkan untuk melindungi kepentingan masyarakat dan Hasto dari potensi tindakan yang ia nilai sebagai "desain tertentu" untuk melemahkan Hasto.
"Saya gak terima aja, banyak hal yang macam ada desain gitu yah, saya sudah ngasih tahu di (Podcast) Akbar Faizal bahwa saya sudah di-warning, Hasto kalau terlalu keras akan di-KPK-kan," ucapnya.
Connie juga mengkritik langkah KPK yang menetapkan Hasto sebagai tersangka pada malam Natal, menilai hal ini sebagai bagian dari strategi sistematis untuk menekan PDIP.
"Saya menganggap memang KPK sudah bekerja keras, jadi betul-betul menggenjot, mau malam Natal, malam Tahun Baru, Idul Fitri," cetusnya.
Connie menyinggung sejumlah kasus besar lain, termasuk dugaan pencucian uang dan korupsi yang melibatkan tokoh-tokoh tertentu, yang menurutnya belum diusut tuntas. "Kalau memang Mas Hasto ditersangkakan pada malam Natal, saya sih cuma berharap satu aja, banyak kasus besar kakak beradik itu anaknya si itu, katanya pencucian uang, itu kan ada KPK tahun 2021 atau 2022," Connie menuturkan.
"Terus apa lagi? Pak Airlangga? Terus Moeis, suami Sandra Dewi, mengulik kemarahan masyarakat karena banyak banget dikorupsi, Rp300 triliun tapi cuma 6,5 tahun dipenjara," tambahnya.
Connie mengaku telah menerima peringatan sebelumnya bahwa Hasto berpotensi menjadi target KPK jika bersikap terlalu keras. Ia menyatakan bahwa dokumen yang diamankan di Rusia dapat menjadi bukti penting di masa depan.
"Bisa saja itu jadi bom waktu, kita lihat aja. Sebagai sahabat saya hanya membantu masyarakat Hasto sesuai yang saya mampu," terangnya.
Connie menyatakan bahwa dirinya hanya berusaha membantu masyarakat memahami kasus Hasto dan tidak terima jika ada yang menilai langkah ini sebagai bentuk fitnah.
"Nah cuma kita tunggu nih, mungkin tahun baru ini akan masuk jugalah kakak beradik itu ke KPK, mungkin juga Airlangga, kita tidak tahu," tandasnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok