Repelita, Jakarta 16 Desember 2024 - Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) menjadi sorotan netizen menjelang Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB). Hal ini dipicu oleh pengadaan kelas kontainer di Kampus 2 Unsika yang menelan anggaran hingga Rp5 miliar.
Netizen ramai mengomentari viralnya informasi ini melalui sebuah unggahan di media sosial. Beberapa calon mahasiswa bahkan menyatakan niat mereka untuk membatalkan pendaftaran ke Unsika. Komentar-komentar bernada satire hingga kritik tajam membanjiri unggahan tersebut.
Salah satu netizen berkomentar, "Akibat ngepush maba tanpa lihat ruangan." Komentar lainnya menyebutkan, "Mending kuliah di swasta daripada PTN tapi kelasnya tidak jelas."
Komentar bernada humor juga ikut mengemuka, seperti yang menyamakan kelas kontainer dengan "stand corndog" dan menyebut suhu panas di Karawang akan membuat kontainer tersebut "seperti oven."
Sebagian netizen mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menyelidiki proyek ini. Komentar seperti, "Harusnya KPK yang langsung turun tangan," dan "Ini harus diaudit, masa kontainer Rp5 miliar? Lebih baik bangun kelas baru," muncul sebagai bentuk protes terhadap kebijakan tersebut.
Di sisi lain, mahasiswa Unsika sendiri turut menyampaikan rasa malu atas pemberitaan ini. Salah satu mahasiswa menulis, "Ya Allah, plis gue mau pindah aja."
Berdasarkan informasi yang dihimpun, sebanyak 60 kontainer dibeli untuk dijadikan ruang kelas, ruang dosen, hingga fasilitas lain seperti toilet dan kantin. Anna, Humas Unsika, menjelaskan bahwa pengadaan kontainer dilakukan melalui sistem e-katalog dan telah tercatat sebagai Barang Milik Negara (BMN) Unsika.
Menurutnya, pengadaan ini merupakan solusi sementara untuk mengatasi kurangnya ruang kelas di Kampus 2 Unsika. "Rinciannya adalah 40 kontainer untuk ruang kelas, sedangkan sisanya untuk ruang dosen, ruang rapat, toilet, kantin, dan gudang," jelas Anna.
Meski demikian, nilai anggaran Rp5 miliar tetap menjadi perhatian publik. Komisi IV DPRD Karawang bahkan menyatakan akan turun langsung ke Unsika untuk menyelidiki pengadaan kontainer tersebut.
Kasus ini tidak hanya memancing kritik terhadap manajemen Unsika, tetapi juga menjadi pelajaran bagi institusi pendidikan agar lebih transparan dalam mengelola anggaran publik. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok