Goodiebag Bantuan Banjir di Jakarta Timur Tuai Kritik, Wakil Presiden Gibran Disorot
JAKARTA, 1 Desember 2024 – Media sosial kembali heboh dengan munculnya gambar goodiebag bantuan korban banjir di Jakarta Timur. Yang menjadi sorotan bukanlah isi bantuan, melainkan tulisan yang mencolok bertuliskan "Bantuan Wapres Gibran."
Unggahan ini langsung menarik perhatian publik, dengan banyak pihak mengkritik langkah Wakil Presiden Gibran Rakabuming yang dinilai lebih fokus pada pencitraan ketimbang menjalankan tugas utamanya.
Pengamat politik Rocky Gerung menilai tindakan ini sebagai bentuk kampanye terselubung. "Kenapa harus pakai nama Wapres Gibran? Bukannya bantuan itu berasal dari pajak rakyat? Ini bukan uang pribadi Wapres, kok justru seolah-olah bantuan ini kemurahan hati beliau," ungkapnya dalam sebuah kanal YouTube.
Banyak netizen pun berkomentar pedas, menilai langkah ini sebagai bentuk pencitraan. "Kena banjir aja udah susah, masih dikasih goodiebag pencitraan," ujar seorang netizen, sementara lainnya mempertanyakan, "Banjir bantuan, tapi juga banjir nama Wapres. Apa nggak cukup tulisan 'bantuan pemerintah' aja?"
Beberapa bahkan menyindir, “Lama-lama, foto Wapres Gibran juga bakal dicetak di bungkus mie instan bantuan.” Kritik terhadap Gibran semakin kuat di tengah isu panas soal gaya kepemimpinan yang disebut-sebut mirip dengan ayahnya, Jokowi.
Istilah "dua matahari" juga mulai berkembang, menggambarkan persaingan politik antara Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran. Sementara Prabowo sibuk menggalang dukungan internasional, Gibran justru terlihat lebih aktif "berkampanye" di dalam negeri dengan memanfaatkan setiap kesempatan, termasuk bencana.
Beberapa warganet bahkan mencuit, “Pak Prabowo keliling dunia demi ekonomi Indonesia, tapi Wapres sibuk bagi-bagi susu di banjir. Bagi tugas atau cari panggung?”
Rocky Gerung kembali menegaskan bahwa langkah Gibran ini tidak sesuai dengan tugas pokok seorang Wakil Presiden. "Tugas Wapres itu memberikan ide dan solusi untuk bangsa, bukan sekadar hadir fisik di lokasi bencana sambil bawa kamera," jelas Rocky.
Pencitraan Gibran ini dianggap lebih terang-terangan dibandingkan gaya blusukan yang dulu diterapkan oleh Jokowi. "Bukan lagi ‘kerja dalam diam,’ tapi kerja dengan sorotan kamera," tambahnya.
Kritik ini juga berpotensi menjadi bumerang, baik bagi Gibran maupun hubungan antara Presiden dan Wakil Presiden. Sinyal ketegangan politik mulai terasa, dengan publik mempertanyakan apakah hubungan Prabowo dan Gibran akan memanas.
Dengan konsolidasi PDIP yang semakin kuat pasca Pilkada, Gibran kini menghadapi tekanan dari berbagai pihak. Jika gaya kepemimpinan ini terus dipertahankan, tidak menutup kemungkinan isu impeachment atau evaluasi kabinet akan mulai menguat.
Masyarakat berharap Gibran segera mengubah pendekatannya menjadi lebih substantif. Kehadiran Wapres seharusnya memberikan solusi bagi masalah besar, bukan hanya menjadi simbol kontroversi yang terus dibicarakan.
Editor: Ani Qaila Ramadhan