Repelita, Jakarta 25 Desember 2024 - Pembatalan pameran Yos Suprapto bertajuk “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan” memicu reaksi dari berbagai tokoh.
Pameran yang sedianya digelar di Galeri Nasional Jakarta dari 20 Desember 2024 hingga 19 Januari 2025 ini ditunda akibat ketegangan antara Yos Suprapto dan kurator. Beberapa karya dinilai terlalu vulgar, sehingga kurator meminta pencopotan lima lukisan. Namun, Yos Suprapto yang tidak setuju dengan keputusan tersebut memilih mundur dari pameran.
Mahfud MD
Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, memberikan tanggapan kritis terhadap pembatalan ini.
Melalui cuitan di akun media sosialnya, Mahfud menegaskan bahwa karya seni, termasuk lukisan Yos Suprapto, adalah bentuk ekspresi yang seharusnya dilindungi.
“Pameran lukisan Yos Suprapto batal dilaksanakan. Alasannya karena menolak permintaan kurator Galeri Nasional untuk mencopot lima dari tiga puluh lukisan karyanya. Galeri Nasional bilang menunda karena alasan teknis, tapi praktisnya membatalkan. Lukisan adalah ekspresi,” tulis Mahfud.
Ia juga menekankan perlunya sikap saling menghargai antara pemerintah dan masyarakat dalam ruang seni, seperti yang disampaikannya pada acara HUT ke-18 Partai Hanura baru-baru ini.
Yenny Wahid
Putri Gus Dur, Yenny Wahid, turut angkat bicara.
Dalam pernyataannya yang viral di media sosial, Yenny menyebut bahwa pembredelan ini mencerminkan sikap represif.
“Kita melihat akhir-akhir ini, situasinya seolah-olah semakin represif ya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Yenny menilai bahwa negara seharusnya tidak perlu ikut campur dalam pembredelan karya seni. Baginya, tindakan ini dapat mengekang kebebasan berekspresi dan berpendapat.
Susi Pudjiastuti
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, memberikan komentar singkat mengenai kasus ini.
Melalui media sosialnya, Susi menyarankan agar lukisan-lukisan yang telah dicopot segera dikembalikan kepada sang pelukis.
“Bila tidak boleh pameran, seharusnya lukisannya dikembalikan ke pelukisnya toh,” tulis Susi.
Rocky Gerung
Akademisi Rocky Gerung juga tidak tinggal diam.
Rocky secara khusus menyoroti peran Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam mendukung keputusan kurator mencopot karya Yos Suprapto.
Menurut Rocky, Fadli Zon seharusnya lebih berani mengungkapkan pandangannya secara terbuka tanpa rasa takut.
“Karena sayang sekali bahwa ada kemampuan Fadli Zon untuk menerangkan kedudukan seni dalam peradaban manusia, tapi dia seolah-olah dibayang-bayangi oleh ketakutan dia sendiri,” kritik Rocky.
Yos Suprapto
Sebagai tokoh utama dalam kasus ini, Yos Suprapto menyampaikan rasa kecewanya terhadap keputusan kurator dan Fadli Zon.
Seniman asal Surabaya ini menilai bahwa Fadli Zon tidak memahami bahasa seni jika menilai karyanya hanya dari sudut pandang politik.
“Kalau Fadli Zon mengatakan itu adalah ungkapan politik yang tendensius, berarti dia tidak paham dengan bahasa seni atau budaya,” ujar Yos dalam jumpa pers di Jakarta.
Selain itu, Yos berencana mengambil langkah hukum jika akses terhadap karyanya tetap dibatasi, baik bagi dirinya maupun publik.
“Kalau masyarakat luas tidak bisa mengakses pameran saya dan bahkan saya sendiri tidak bisa masuk, lebih baik saya akan menggunakan pendekatan hukum,” tambahnya.
Kasus ini menimbulkan perdebatan mengenai kebebasan berekspresi dalam seni dan batas-batas yang diterima oleh masyarakat. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok