Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Ribuan Warga Terdampak dan Pemimpin Biarawati Meninggal
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang terjadi pada Senin dini hari (4/11/2024) membawa dampak besar bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lereng gunung tersebut.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa sebanyak 2.734 kepala keluarga, atau sekitar 10.295 jiwa, terdampak langsung di tujuh desa yang tersebar di dua kecamatan, yaitu Wulanggitang dan Ile Bura.
Di Kecamatan Wulanggitang, enam desa yang terdampak meliputi Pululera, Nawokote, Hokeng Jaya, Klatanlo, Boru, dan Boru Kedang.
Sementara itu, di Kecamatan Ile Bura, Desa Dulipali juga merasakan dampak dari aktivitas vulkanik ini.
Menurut Abdul Muhari dari BNPB, jumlah warga yang terdampak belum tentu seluruhnya mengungsi, tetapi sebagian besar di antaranya telah bergerak ke tempat penampungan sementara di tiga desa yang disiapkan.
“Kami terus melakukan pendataan jumlah pengungsi, mengingat proses evakuasi masih berlangsung,” jelasnya.
Sebagai langkah antisipasi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menaikkan status Gunung Lewotobi Laki-Laki ke Level IV (Awas) sejak Minggu malam (3/11), pukul 24.00 Wita.
Kenaikan status ini diambil berdasarkan evaluasi aktivitas vulkanik yang mencakup periode 23 Oktober hingga 3 November 2024.
Dengan status Awas, masyarakat di sekitar kawasan gunung diimbau untuk mengosongkan area dalam radius 7 kilometer demi keselamatan mereka.
Letusan ini tidak hanya mengancam keselamatan jiwa, tetapi juga mengganggu aktivitas sehari-hari warga.
Desa-desa di sekitar gunung mulai dipenuhi dengan abu vulkanik, yang membuat kondisi udara semakin sulit untuk dihirup.Selain itu, dalam kejadian ini, Suster Nikoline SSpS, pemimpin Komunitas Hokeng di wilayah lereng Gunung Lewotobi, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), ditemukan meninggal dunia.
Suster Nikoline, yang dikenal luas karena karya kemanusiaannya, diduga terjebak dan meninggal dunia di kamar tidurnya akibat panas material vulkanik yang disemburkan gunung.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur, Fredy Moat Aeng, mengonfirmasi lewat telepon bahwa suster tersebut ditemukan meninggal di kamarnya yang hangus terbakar.
Berdasarkan keterangan saksi di lapangan, material panas berupa batu api dari gunung yang meletus menghantam atap bangunan dan jatuh tepat di kamar Suster Nikoline, memicu kebakaran yang menewaskan beliau.
Duka mendalam segera membanjiri media sosial, termasuk dari rekan-rekannya yang merasa kehilangan.
Benedikta da Silva Noben, salah satu sahabat dekatnya, menuliskan kesedihan dalam sebuah unggahan, “Suster Nik… Kita berpisah sudah kaaa. Selamat jalan sayang… Doakan teman-temanmu yang lagi dalam suasana mencekam. Bahagia di Surga, Suster Nikoline.”
Bencana ini telah memicu kewaspadaan tinggi di Flores Timur.
Badan Geologi mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi untuk mewaspadai potensi banjir lahar, mengingat aktivitas vulkanik yang terus berlanjut.(*)