Dominasi PKS di Pilkada Depok Terancam Berakhir, Ini Penyebab Kekalahannya
Pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Depok yang diusung PKS, Imam Budi Hartono-Ririn Farabi A Rafiq, diperkirakan mengalami kekalahan dalam Pilkada 2024 berdasarkan hasil hitung cepat VoxPol Center.
Hasil hitung cepat tersebut menunjukkan bahwa Imam-Ririn meraih 46,81 persen suara, sementara rivalnya, Supian Suri-Chandra Rahmansyah, memperoleh 53,19 persen suara.
Namun, DPD PKS membantah hasil tersebut dan merilis hasil hitung mereka sendiri yang menunjukkan pasangan Imam-Ririn unggul dengan 51,5 persen suara, sementara Supian-Chandra memperoleh 48,5 persen suara.
Meskipun begitu, Pilkada Depok 2024 menandai berakhirnya dominasi PKS di kota tersebut. Sejak Pilkada pertama kali digelar pada 2005, PKS telah empat kali memenangkan kontestasi tersebut.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Iwan Setiawan, mengidentifikasi tiga faktor utama yang menyebabkan kekalahan PKS di Pilkada Depok. Pertama, adanya efek ekor jas dari Pilgub DKI Jakarta, di mana PKS awalnya mendukung Anies Baswedan namun kemudian berbalik mendukung Ridwan Kamil.
“Pemilih PKS di Depok banyak yang memilih Anies dan berharap PKS mendukung Anies di Pilgub DKI. Ketika PKS justru mengusung Ridwan Kamil, banyak yang kecewa,” ujar Iwan.
Faktor kedua adalah rasa jenuh masyarakat terhadap kondisi Depok yang dinilai stagnan di bawah kepemimpinan PKS. Masyarakat menginginkan perubahan, dengan kebijakan dan terobosan baru yang lebih signifikan.
“Selama ini, masyarakat merasa Depok tidak banyak berkembang, tidak ada perubahan berarti di bawah PKS,” tambah Iwan.
Faktor ketiga adalah kekuatan mesin politik lawan. Supian Suri-Chandra Rahmansyah didukung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, yang juga memiliki kekuatan politik yang signifikan.
“Meskipun mesin politik PKS kuat di Depok, KIM Plus juga mendukung rivalnya dengan kekuatan yang tidak bisa dianggap remeh,” kata Iwan. (*)