Politik di Filipina tengah memanas setelah Wakil Presiden Sara Duterte secara terbuka mengancam Presiden Ferdinand Marcos Jr. Ia bahkan mengklaim telah menyewa pembunuh untuk menghabisi nyawa sang presiden. Tidak hanya Marcos Jr, ancaman juga ditujukan kepada Ibu Negara Liza Araneta Marcos dan Ketua DPR Filipina.
Ancaman tersebut muncul akibat meningkatnya konflik antara kedua keluarga politik yang selama ini bersaing. Sara Duterte menuduh Presiden Marcos Jr. sebagai pencandu narkoba dan mengklaim bahwa Ibu Negara terlibat dalam praktik korupsi.
Sara Duterte, yang dikenal dengan nama Inday Sara, lahir pada 31 Mei 1978 di Davao City. Ia adalah putri dari mantan Presiden Rodrigo Duterte dan menjabat sebagai Wakil Presiden Filipina ke-15. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Wali Kota Davao City pada dua periode, 2010–2013 dan 2016–2022. Sara menikah dengan pengacara Manases Reyes Carpio dan memiliki tiga anak.
Sara menyelesaikan gelar terapi pernapasan di San Pedro College di Davao, lalu melanjutkan studi hukum di San Beda College dan San Sebastian College-Recoletos di Manila. Ia lulus ujian advokat pada 2005 dan memulai karier politiknya dengan terpilih sebagai wakil wali kota Davao City pada 2007. Ia kemudian menggantikan ayahnya sebagai wali kota pada 2010.
Pada 2022, Sara Duterte mencalonkan diri sebagai wakil presiden dan berpasangan dengan Ferdinand Marcos Jr., yang pada saat itu mencalonkan diri sebagai presiden. Kedua kandidat ini mengusung platform “persatuan” dan berjanji melanjutkan kebijakan otoriter pendahulu mereka.
Meskipun menjabat sebagai wakil presiden, Sara Duterte juga diangkat menjadi Sekretaris Departemen Pendidikan (DepEd). Ia meluncurkan program Agenda MATATAG yang bertujuan merevisi kurikulum pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan guru. Namun, kebijakannya tidak lepas dari kritik, termasuk penolakan terhadap kenaikan gaji guru dan penggunaan dana yang tidak transparan.
Sara Duterte dikenal dengan sikapnya yang tegas dan sering kali berbicara dengan nada keras. Konflik dengan Marcos Jr. mulai memanas pada Juni 2022, ketika ia mengundurkan diri dari jabatan Menteri Pendidikan setelah anggaran kantor wakil presiden dipotong.
Kedua keluarga, Duterte dan Marcos, memiliki sejarah perseteruan panjang. Namun, dalam Pemilu 2022, mereka memutuskan untuk berkolaborasi. Rodrigo Duterte, ayah Sara, memilih untuk mendampingi Marcos Jr. dalam pencalonan presiden dengan harapan bahwa keluarga Duterte tetap berada di kekuasaan. Kini, meskipun bekerja sama di pemerintahan, ketegangan antara kedua keluarga ini semakin memuncak.(*)