Belakangan ini, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menjadi sorotan publik setelah terlibat dalam kontroversi yang berkaitan dengan praktik judi online. Nama mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, ikut terseret dalam kasus ini karena sejumlah oknum yang pernah bekerja di bawah kepemimpinannya diduga memberikan dukungan terhadap operasi judi online tersebut.
Budi Arie, yang kini juga menjabat sebagai Ketua Umum Pro Jokowi (Projo), mendapat kritik keras dari netizen. Beberapa di antaranya bahkan memplesetkan nama Projo menjadi singkatan dari "Pro Judi Online." Fenomena ini semakin ramai dibicarakan di media sosial, dengan netizen menggunakan plesetan tersebut sebagai bentuk kritik terhadap kasus yang belum terselesaikan.
Menurut Rocky Gerung, seorang komentator politik, peran netizen di media sosial menjadi faktor penting dalam mendorong penuntasan kasus-kasus seperti ini. Ia menyebut bahwa netizen memiliki kontribusi yang signifikan dalam menyuarakan aspirasi publik dan menekan pihak berwenang agar lebih serius menangani kasus judi online.
“Kasus judi online ini memperlihatkan bahwa netizen menjadi elemen utama dalam mendesak penyelesaian kasus,” ujar Rocky dalam kanal YouTube-nya pada Jumat, 8 November 2024. Ia menambahkan bahwa kritik tajam dari netizen, termasuk plesetan “Pro Judi Online,” adalah bentuk kecerdasan dalam mengungkapkan keresahan mereka.
Rocky menilai plesetan “Projo” yang menjadi “Pro Judi Online” adalah contoh kreativitas netizen yang cerdas dan kritis. Bagi Rocky, ini bukan sekadar ejekan, tetapi juga sarana untuk mendorong agar isu ini mendapat perhatian yang serius dari pihak terkait.
“Plesetan seperti ‘Projo menjadi Pro Judi Online’ menunjukkan kecerdasan dan kecerdikan netizen dalam menuntut kejelasan dari kasus ini,” ujar Rocky. Ia mengapresiasi cara netizen menggunakan kiasan sebagai bentuk tekanan agar kasus ini tidak disembunyikan atau diabaikan oleh pihak berwenang.
Rocky Gerung juga menekankan bahwa suara netizen sering kali mencerminkan kejujuran dalam memperjuangkan keadilan, khususnya dalam konteks penegakan hukum di Indonesia. Menurutnya, kritik dari netizen menunjukkan kesadaran publik yang ingin melihat proses hukum yang adil dan transparan, bukan sekadar tindakan yang bersifat simbolis atau hanya menyudutkan individu tertentu.
“Suara netizen datang dari kejujuran untuk memastikan proses peradilan, terutama dalam kasus korupsi, dilakukan secara beradab dan bukan hanya untuk menjebak seseorang,” ungkap Rocky. Ia melihat netizen sebagai penjaga moralitas yang berperan dalam memastikan bahwa pihak berwenang benar-benar menjalankan tugasnya secara bertanggung jawab.
Rocky juga mengamati adanya perubahan positif dalam pemerintahan Indonesia terkait kebebasan berpendapat. Ia menyebut bahwa netizen kini lebih bebas menyuarakan pendapat mereka tanpa harus khawatir akan dihalangi atau dibungkam.
“Indonesia memiliki harapan cerah dalam penegakan hukum jika kebebasan berpendapat ini terus dipertahankan. Dengan begitu, suara masyarakat dapat tersampaikan tanpa harus dihalangi,” tutur Rocky. Ia juga menyinggung situasi di masa pemerintahan sebelumnya, di mana suara kritis netizen kerap kali dihadapkan dengan tudingan sebagai penyebar hoaks.
“Kalau di masa lalu, suara seperti ini mungkin sudah dituduh sebagai hoaks,” tandas Rocky Gerung, menunjukkan adanya perubahan positif dalam sikap pemerintah terhadap kritik publik.(*)