Qatar Menangguhkan Upaya Mediasi dalam Konflik Israel-Hamas
Semakin frustrasi dengan kemunduran dalam upaya gencatan senjata di Jalur Gaza, Qatar memutuskan untuk menangguhkan peranannya sebagai mediator dalam konflik militer antara Israel dan Hamas.
Sumber anonim mengungkapkan bahwa Qatar kemungkinan akan kembali terlibat jika kedua belah pihak menunjukkan keseriusan politik untuk mencapai kesepakatan.
"Qatar memberi tahu Israel dan Hamas bahwa mereka tidak dapat terus menjadi penengah selama ada penolakan untuk menegosiasikan kesepakatan dengan itikad baik," kata sumber diplomatik tersebut, seperti dilaporkan oleh Reuters pada Minggu, 10 November 2024.
Keputusan ini menimbulkan pertanyaan mengenai nasib tokoh Hamas yang tinggal di Qatar, namun belum ada informasi lebih lanjut apakah mereka harus meninggalkan negara itu.
Namun, sumber tersebut menyebutkan bahwa Qatar telah memberi tahu Hamas bahwa mereka harus pergi jika tidak siap untuk terlibat dalam negosiasi yang serius.
"Sebagai konsekuensinya, kantor politik Hamas tidak lagi menjalankan fungsinya di Qatar," tambah sumber tersebut.
Di Washington, pejabat AS mengatakan bahwa pemerintahan Biden telah memberi tahu Qatar dua minggu lalu bahwa kelanjutan operasi kantor Hamas di Doha tidak lagi berguna, dan delegasi Hamas harus diusir.
Seorang pejabat senior AS menjelaskan bahwa setelah Hamas menolak proposal terakhir untuk gencatan senjata, Qatar akhirnya menerima saran tersebut dan memberi tahu delegasi Hamas tentang keputusan itu 10 hari yang lalu.
Seorang pejabat senior Hamas mengonfirmasi bahwa mereka mengetahui keputusan Qatar untuk menangguhkan upaya mediasi, meskipun belum ada perintah untuk pergi dari negara itu.
Hamas terus menyerukan diakhirinya perang dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza sebagai syarat untuk kesepakatan gencatan senjata.
Namun, Israel, yang berusaha mengembalikan semua sandera, bersikeras untuk tetap berada di Gaza.
Sementara itu, perang Israel-Hamas di Gaza dan perang Israel-Hizbullah di Lebanon terus berlanjut tanpa tanda-tanda akan berakhir.
Militer Israel mengungkapkan bahwa mereka telah menyerang pusat komando dan infrastruktur militan lainnya pada malam hari di pinggiran selatan Beirut.
Serangan udara Israel di kota pelabuhan selatan Tyre pada Jumat malam, 8 November 2023, menewaskan sedikitnya tujuh orang.
Di Gaza, tiga serangan Israel yang terpisah pada Sabtu, 9 November 2023, menewaskan sedikitnya 16 orang, termasuk wanita dan anak-anak.
Salah satu serangan menghantam sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan di lingkungan Tufah di timur Kota Gaza, menewaskan sedikitnya enam orang.
Dua wartawan lokal, seorang wanita hamil, dan seorang anak termasuk di antara yang tewas dalam serangan itu.
Tentara Israel mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan seorang militan yang tergabung dalam kelompok Jihad Islam Palestina, namun tidak memberikan bukti atau rincian lebih lanjut.(*)