PB IDI Kecam Tindakan Penganiayaan Terhadap Dokter di Papua, Minta Aparat Hukum Bertindak Tegas
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengecam keras tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh pejabat setempat terhadap seorang dokter di Papua. Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa, 5 November 2024, sekitar pukul 13.35 WIT, di RSUD Lukas Enembe, Kobakma, Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua Pegunungan.
Dokter yang menjadi korban, dr. Yordan Sumomba, mengalami pemukulan yang dilakukan oleh seorang terduga pelaku yang masuk ke ruangan apotek RSUD Lukas Enembe. Terduga pelaku berteriak, "Er kam kasi sa obat parasetamol ka kaliat tidak tahu kah saya ini siapa? Saya ini Asisten 3!" Setelah itu, pelaku masuk ke ruangan dokter dan melemparkan kursi ke arah korban, meski beruntung kursi tersebut tidak mengenai dr. Yordan.
Tindak kekerasan tersebut tidak berhenti di situ. Terduga pelaku kemudian mengambil kayu balok 5x5 dan memukulkannya ke wajah dan punggung korban. Seorang pasien yang berada di ruangan tersebut berusaha melerai, namun justru ikut dipukul oleh pelaku. Setelah melakukan aksi kekerasan, pelaku keluar dari ruangan dan merusak pembatas ruangan serta melempar batu ke kaca jendela rumah sakit.
Akibat peristiwa ini, dr. Yordan mengalami luka serius, termasuk patah tulang di pipi kanan, hidung, dan sejumlah bagian wajah, serta memar berat di bagian punggung. Ia kemudian dievakuasi dan dirawat di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Ketua PB IDI, Dr. dr. Moh. Adib Khumaidi, SpOT, mengutuk keras tindakan tersebut dan mendesak aparat kepolisian serta penegak hukum untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelaku. Ia juga menuntut agar proses hukum segera dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam keterangannya pada 11 November 2024, Adib menyatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan IDI cabang Jayawijaya untuk menangani kasus ini. Ia juga menegaskan pentingnya jaminan keselamatan bagi dokter dan tenaga kesehatan di Papua, agar mereka dapat menjalankan tugas pelayanan kesehatan dengan aman dan nyaman.
Adib menambahkan, perhatian terhadap jaminan keamanan dan kesejahteraan tenaga medis di wilayah Papua sangat penting, mengingat tantangan geografis, keamanan, serta kekurangan obat dan infrastruktur yang masih menjadi masalah di daerah tersebut. Ia berharap agar peristiwa ini menjadi kasus terakhir dan tidak terulang kembali, terutama karena pelaku merupakan aparat pemerintah.
"Semoga kejadian ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah pusat dan daerah, agar kejadian serupa tidak terulang," ujar Adib menutup pernyataannya.(*)