Ancaman pembunuhan yang disampaikan oleh Wakil Presiden Filipina Sara Duterte terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr memicu peningkatan protokol keamanan yang ketat. Komando Keamanan Presiden (PSC) mengungkapkan bahwa mereka telah bekerja sama dengan lembaga penegak hukum untuk mendeteksi dan mencegah segala ancaman terhadap Presiden dan pejabat penting lainnya.
Dalam pernyataan pada Minggu, 24 November 2024, PSC menegaskan bahwa setiap ancaman terhadap nyawa presiden, keluarga pertama, dan pejabat tinggi lainnya akan ditangani dengan serius. Mereka menyebutkan bahwa ancaman yang disampaikan secara terbuka akan dianggap sebagai masalah keamanan nasional, dan tindakan yang diperlukan akan diambil untuk memastikan keselamatan presiden.
Peningkatan keamanan ini menyusul pernyataan kontroversial yang disampaikan oleh Wakil Presiden Sara Duterte dalam konferensi pers daring sehari sebelumnya. Duterte mengungkapkan bahwa ia telah membayar seseorang untuk membunuh Presiden Marcos, istrinya Liza Araneta-Marcos, dan Ketua DPR Martin Romualdez jika sesuatu terjadi padanya.
Duterte menuduh Romualdez, yang merupakan sepupu Marcos, memiliki niat untuk menghilangkannya, dan menuduh Presiden Marcos melihatnya sebagai ancaman terbesar dalam pemilihan presiden 2028 mendatang. "Jika saya terbunuh, saya katakan, jangan berhenti sampai Anda membunuh mereka," kata Duterte, yang menambahkan bahwa ia telah meninggalkan instruksi tersebut.
Pernyataan ini terjadi di tengah tekanan politik yang meningkat terhadap Duterte, termasuk ancaman pemakzulan yang dipimpin oleh Romualdez. Romualdez, yang diperkirakan akan mencalonkan diri sebagai presiden pada 2028, dianggap sebagai sosok yang mendorong upaya pemakzulan terhadap Wakil Presiden Duterte.(*)