Oleh: Tarmidzi Yusuf, Kolumnis
Fenomena politik di Jakarta semakin menarik perhatian dengan munculnya keputusan mengejutkan dari Front Persaudaraan Islam (FPI). Setelah lama menjadi oposisi, kini FPI justru mendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta, Ridwan Kamil dan Suswono, yang diusung oleh Presiden Jokowi.
FPI yang sebelumnya dikenal sebagai Front Pembela Islam (FPI), kini berganti nama menjadi Front Persaudaraan Islam. Keputusan mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono ini membingungkan banyak pihak, mengingat sejarah panjang FPI yang berseberangan dengan pemerintah Jokowi. Salah satu catatan penting adalah peristiwa pembubaran FPI oleh Jokowi, yang kemudian diikuti oleh pembantaian enam laskar FPI di KM 50 pada 2020.
Ridwan Kamil, yang juga dikenal dengan nama RIKA, pernah mengungkapkan dukungannya terhadap pembubaran FPI dalam cuitan Twitter pada 2010. Dalam tweet tersebut, RIKA menyebut FPI sebagai "manusia pendek akal", sebuah pernyataan yang kini menjadi sorotan setelah FPI memilih mendukung dirinya dalam Pilkada Jakarta 2024.
Keputusan ini mengundang pertanyaan, apakah FPI tergoda oleh kekuasaan, mirip dengan sikap yang ditunjukkan PKS yang baru-baru ini bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus. Analis politik menilai, FPI kemungkinan memilih mendukung RIKA-Suswono karena alasan strategis dan tidak ingin mendukung calon dari PDIP, seperti pasangan Pram-Rano atau Bang Doel.
Meski demikian, FPI menegaskan bahwa mereka memilih pasangan yang dianggap paling sedikit memberikan mudharat bagi umat Islam. Dalam pernyataan resmi yang disampaikan oleh Sekretaris DPD FPI DKI Jakarta, Habib Hadziq, FPI mengajak umat Islam untuk menjaga ukhuwah Islamiyah meskipun ada perbedaan pilihan dalam Pilkada Jakarta.
Habib Hadziq juga menyebutkan bahwa FPI memutuskan mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono setelah kedua calon tersebut menandatangani pakta integritas yang disodorkan oleh FPI Jakarta. Diharapkan, dukungan ini akan membawa dampak positif bagi Jakarta, yang masih menjadi barometer pemerintahan Indonesia.
Pilihan politik FPI ini menambah dinamika Pilkada Jakarta, di mana partai-partai besar dan ormas Islam kini menghadapi pertarungan ketat untuk memperebutkan kursi gubernur. Dengan PKS yang memperoleh kursi terbanyak di DPRD Jakarta, situasi politik di ibu kota menjadi semakin kompleks.(*)