Penulis: Ali Syarief / Fusilatnews
Pernyataan Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada 13 Oktober 2024, yang mengaku sudah lama menantikan momen pelantikan presiden dan wakil presiden baru, memunculkan beragam spekulasi.
Ucapan tersebut, selain menandakan kegembiraannya menyambut transisi kepemimpinan dari Jokowi-Ma’ruf ke Prabowo-Gibran, juga diinterpretasikan oleh banyak pihak sebagai refleksi dari perasaan Ma’ruf yang sudah lama menunggu masa jabatannya berakhir.
Apa yang Tersirat di Balik Pernyataan Ma’ruf?
Pernyataan Ma’ruf, “Kalau bisa dipercepat itu lebih baik, tapi saya yakin tidak bisa dipercepat,” menimbulkan tanya.
Mengapa Ma’ruf terlihat begitu antusias menanti datangnya 20 Oktober?
Apakah ada rasa bosan dengan jabatannya sebagai wakil presiden, atau apakah ini tanda bahwa ia ingin menyongsong perubahan besar di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto?
Selama lima tahun mendampingi Jokowi, Ma’ruf Amin jarang tampil menonjol dalam kebijakan-kebijakan penting.
Peranannya seringkali dipandang sebagai simbolik, terutama di bidang keagamaan, tanpa pengaruh besar pada ranah politik atau ekonomi.
Hal ini menimbulkan dugaan bahwa Ma’ruf merasa perannya dalam pemerintahan selama ini terbatas, sehingga ia kini lebih bersemangat menyaksikan bagaimana Prabowo-Gibran akan mengelola negara.
Antusiasme terhadap Kepemimpinan Prabowo?
Pernyataan Ma’ruf juga bisa dilihat sebagai bentuk optimisme terhadap kepemimpinan baru. Ma’ruf mungkin melihat Prabowo dan Gibran sebagai duo yang bisa membawa angin segar dan perubahan yang diharapkan oleh banyak pihak, termasuk dirinya sendiri.
Prabowo yang memiliki latar belakang militer dan Gibran sebagai wakil yang muda, diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang selama ini dianggap “stagnan” di era Jokowi.
Dalam beberapa kesempatan, Prabowo dikenal dengan janji-janji politik yang kuat, salah satunya untuk memperkuat ekonomi dan menegakkan kedaulatan nasional.
Mungkin Ma’ruf Amin melihat adanya potensi besar dari Prabowo untuk melakukan perubahan yang lebih tegas, baik dari segi politik, ekonomi, maupun tata kelola pemerintahan.
Harapan pada Prabowo sebagai ‘Perubahan’?
Tak dapat dipungkiri, banyak pihak yang merasa bahwa periode kedua Jokowi penuh dengan tantangan yang tidak berhasil diatasi dengan optimal. Masalah ekonomi, korupsi, hingga pendidikan menjadi isu yang belum sepenuhnya tuntas.
Ma’ruf mungkin menyadari bahwa ini adalah momen transisi yang penting, dan ia berharap bahwa di bawah Prabowo, pemerintahan akan lebih tegas dan efektif dalam menyelesaikan berbagai persoalan tersebut.
Apakah ini bentuk harapan Ma’ruf pada Prabowo sebagai pemimpin yang diharapkan bisa mengubah kondisi “memble” yang selama ini dirasakan banyak pihak terhadap pemerintahan Jokowi? Bisa jadi demikian.
Banyak yang menilai bahwa di era Prabowo, arah politik Indonesia bisa bergerak ke arah yang berbeda, lebih berani dan tegas dalam mengambil keputusan.
Kesimpulan
Pernyataan Ma’ruf Amin yang terkesan sederhana justru membawa banyak tafsir dan spekulasi.
Mungkin Ma’ruf memang sudah merasa waktunya beristirahat dari kancah politik, atau ia melihat Prabowo sebagai sosok pemimpin yang mampu membawa perubahan yang dinanti-nanti.
Yang pasti, ucapannya menyiratkan optimisme sekaligus refleksi terhadap masa jabatannya yang mungkin tidak seperti yang diharapkannya.