Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

**Dekan Sempat Menangguhkan BEM FISIP Unair Terkait Kasus Karangan Bunga, Rocky Gerung: Tindakan yang Tidak Cerdas**

Dekan Menangguhkan BEM FISIP Unair Terkait Karangan Bunga, Rocky Gerung Menilai Tindakan Tersebut sebagai Kebodohan

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Universitas Airlangga (Unair) sempat dibekukan oleh Dekan FISIP, Prof Bagong Suyanto.

Pembekuan tersebut disebabkan oleh kiriman karangan bunga yang bersifat mengolok-olok Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Pengamat politik, Rocky Gerung, menilai bahwa langkah represif yang dilakukan oleh Dekan FISIP Unair justru kontraproduktif jika bertujuan untuk mengendalikan kebebasan mahasiswa dalam berdemokrasi.

Rocky mengungkapkan bahwa tindakan represif ini justru menimbulkan keramaian di media sosial yang berpotensi menjadi bumerang bagi pihak kampus.

Gelombang kritik tersebut diperkirakan akan menular ke pihak BEM kampus lainnya.

"Saya bisa bayangkan di pojok-pojok kafe, kantin, atau kantor BEM. Itu mulai terjadi keributan yang juga kelucuan karena mereka pasti merasa kesal karena dibubarkan atau dibekukan, tetapi juga senang karena berita muncul lagi dari Unair karena kritisisme masih ada pada Mahasiswa Unair," ungkap Rocky.

Rocky menambahkan bahwa pihak pemerintah atau rektorat tidak menyadari bahwa BEM adalah jaringan bawah tanah yang terkoneksi secara samizdat.

Kata "samizdat" merujuk kepada aktivitas pembangkangan di Blok Timur untuk menghindari penyensoran resmi.

Gerakan samizdat melibatkan reproduksi tulisan-tulisan yang dilarang dan pembagiannya secara diam-diam kepada publik, yang biasanya mengkritik praktik pemerintah Soviet.

Di tengah era media sosial saat ini, tindakan represif terhadap BEM FISIP Unair ini tidak mengendalikan situasi, melainkan justru menciptakan keramaian di masyarakat.

"Sekarang tidak mungkin diam-diam lagi. Banyak ada sosial media; sekali diucapkan di sebuah potongan TikTok atau Instagram, itu langsung seluruh dunia tahu," lanjutnya.

Rocky menyebut bahwa tindakan sang dekan merupakan sebuah kedunguan.

"Jadi bayangkan perilaku yang ditunjukkan oleh Dekan Unair itu akan dicatat sebagai kedunguan karena dianggap bisa menghentikan."

Rocky menambahkan, "Tidak mungkin dihentikan; justru menjadi viral, maka berbondong-bondong orang untuk mem-bully dekannya atau mem-bully rektornya," pungkasnya.

Pembekuan BEM FISIP Unair resmi dicabut pada Senin (28/10/2024).

Dekan FISIP Unair, Prof Dr Drs Bagong Suyanto MSi, menjelaskan maksud pembekuan BEM FISIP Unair dalam surel yang beredar pada Jumat (25/10/2024).

Sebetulnya yang dibekukan adalah Kepengurusan BEM FISIP Unair, bukan lembaganya.

Tiga orang yang secara fungsional dibekukan sesuai hasil pemeriksaan Komisi Etik adalah Presiden BEM FISIP Unair, Wakil Ketua BEM FISIP, dan Menteri Kajian Politik dan Kajian Strategis.

"Tiga orang itu tidak dibekukan, tetapi diminta untuk tiarap dulu, untuk tidak mewakili bersuara sebagai lembaga BEM," jelasnya.

Saat ini, BEM FISIP Unair diketuai oleh Tauffahati Ullayyah Bachtiar, yang akrab disapa Tuffa.

"Tapi Mbak Tufa sudah menjelaskan apa yang menjadi kesepakatan, dan anggota BEM yang lain juga mengamini, itu sudah didiskusikan," ungkapnya setelah melakukan pertemuan terbatas dengan pengurus BEM di kampus setempat.

Berdasarkan pertemuan tersebut, pihaknya dan BEM sudah sepakat untuk tidak mengembangkan kultur yang terbiasa menggunakan diksi kasar dalam kehidupan politik.

"Sepenuhnya karena diksi; jadi pihak Dekanat ini sering menulis. Ketika ada penulis politisi yang menggunakan diksi kasar, itu tidak mendidik bangsa Indonesia," tegasnya.

Ia pun memahami bahwa BEM memiliki hak untuk menyuarakan aspirasi mereka, namun harus tetap menjaga marwah akademiknya.

"Saya kira Mbak Tufa dan kawan-kawan sudah dewasa. Kami memberi kebebasan pada mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi sosial politik, tetapi harus bertanggung jawab. Apa yang disampaikan tentu harus bisa dipertanggungjawabkan, dan itu sudah disepakati oleh Mbak Tufa dan teman-teman," lanjutnya.

Bagong menekankan bahwa pembekuan ini dilakukan saat akhir pekan, sehingga dialog lanjutan baru bisa dilakukan saat awal pekan depannya.

"Seumpama tidak kemarin hari libur, mungkin tidak perlu ada surat. Saya tidak mau dalam posisi seolah-olah membiarkan pelanggaran etika akademik terjadi. Penggunaan hate speech itu sesuatu yang tidak benar secara politik," tegasnya.

Sebelumnya diberitakan bahwa BEM FISIP Unair dibekukan buntut dari pemasangan karya seni satire berbentuk karangan bunga yang ditujukan untuk memberi ucapan selamat atas pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih di Taman Barat FISIP.

Karangan bunga tersebut bertuliskan, "Selamat atas dilantiknya jenderal bengis pelanggar HAM dan profesor IPK 2,5 sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang lahir dari rahim haram konstitusi."

Pemasangan karangan bunga itu dilakukan pada Selasa (22/10) pukul 15.00, dan sekitar pukul 18.45 karangan bunga tersebut ditarik karena hujan.

Namun, karena ditempatkan di lokasi strategis yang banyak dilewati warga kampus, karangan bunga ini kemudian viral di platform X dan TikTok serta mendapat dukungan banyak mahasiswa.(*)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved