Jakarta, 31 Oktober 2024 – Fufufafa diduga memiliki sifat psikopat, dengan karakteristik otak yang sadis dan bejat. Terdapat kekhawatiran bahwa dia dapat mengambil alih kekuasaan Presiden Prabowo Subianto di tengah jalan.
“Fufufafa ini psikopat. Otaknya sadis dan bejat,” kata dokter Tifauzia Tyassuma, M.Sc, melalui akun X (Twitter) pada Kamis (31/10/2024).
Di akun Kaskus miliknya, Fufufafa pernah menyatakan pada tahun 2014 bahwa para pendukung Prabowo sebaiknya ditembak satu persatu. “Di tahun 2014 dia sudah berpikir, para pendukung Pak @prabowo sebaiknya ditembak mati satu-satu. Kok saya ngeri dengan keselamatan Presiden @prabowo ya?” tegasnya.
Pengamat Politik Ray Rangkuti menilai terkuaknya jejak digital Fufufafa, yang diduga terkait dengan Gibran, dapat memperburuk atau bahkan merusak hubungan antara Prabowo dan Jokowi. Ray memandang sudah ada benih ketidakcocokan antara Prabowo dan Jokowi.
“Akar ketidakharmonisan keduanya ini makin meningkat. Selama ini, lebih pada soal sharing power. Ini sudah menyangkut persoalan pribadi. Jadi, ini campuran antara sharing power dan persoalan personal,” ujar Ray pada Senin (9/9).
Hingga kini, Gibran belum memberikan klarifikasi mengenai hasil investigasi warganet terkait akun Fufufafa. Akun tersebut telah viral selama berhari-hari di X.
Ray menyebut bahwa Gibran dan keluarganya kemungkinan akan tetap bungkam. Alih-alih memberikan klarifikasi, menurutnya, Gibran dan Istana akan mengerahkan buzzer dan relawan sebagai "pemadam kebakaran."
“Jangan berharap ada klarifikasi Gibran terhadap kasus ini. Semisal soal pesawat, tidak ada klarifikasi sampai sekarang. Ujung-ujungnya yang dikerahkan adalah orang lain,” ucap Ray.
Selain Gibran, putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, juga menjadi sorotan karena menggunakan jet pribadi saat bepergian ke Amerika Serikat (AS) bersama istrinya, Erina Gundono. Kaesang disebut-sebut menerima gratifikasi akibat statusnya sebagai putra Jokowi.
Lebih jauh, Ray menilai bahwa sudah banyak indikasi yang menunjukkan ketidaknyamanan Prabowo terhadap Jokowi, yang terkesan ingin tetap berkuasa meskipun segera lengser. Hal ini terlihat dari perbedaan sikap antara Prabowo dan Jokowi mengenai rencana menaikkan uang kuliah tunggal (UKT).
“Prabowo menolak kenaikan UKT yang ingin dilakukan oleh Menteri Pendidikan. Kedua, juga soal pemotongan Tapera. Itu kan juga tidak disetujui Prabowo. Ketiga, soal pemindahan ibu kota yang buru-buru. Terakhir, yang paling nyata, penolakan Prabowo terhadap (digelarnya rapat) paripurna revisi UU Pilkada,” ucap Ray.
Seiring dengan semakin dekatnya momen pelantikan, menurut Ray, pengaruh politik Prabowo akan semakin kuat. Di sisi lain, Jokowi akan semakin ditinggalkan. Bukan tidak mungkin, perang dingin antara Prabowo dan Jokowi, serta Gibran, sudah terjadi karena polemik Fufufafa.
“Setelah lengser nanti, Jokowi akan semakin lemah lagi. Sementara ini, Jokowi tidak punya basis politik. Dengan sendirinya, dia akan mengalami ketunggalan dalam politik atau menjadi politisi tanpa basis politik. Oleh karena itu, dia akan menjadi nonfaktor di dalam dunia politik ini nantinya,” ucap Ray.
Pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menyarankan agar pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh eksistensi akun Fufufafa melapor ke pihak berwenang.
“Jadi, kalau ada yang merasa dirugikan oleh akun Fufufafa itu, laporkan saja ke polisi supaya ketahuan,” ucap Emrus pada Senin (9/9).
Menurut Emrus, Gibran berada dalam posisi serba salah. Meskipun membantah bahwa Fufufafa adalah akunnya, tetap ada pihak yang tidak percaya. “Berdiam diri juga bisa membuat publik semakin lama percaya bahwa akun Fufufafa adalah milik Gibran,” imbuhnya.
Dalam sebuah siniar yang tayang di YouTube baru-baru ini, pakar hukum tata negara Refli Harun menyatakan bahwa eksistensi akun Fufufafa bisa berbuntut persoalan hukum jika memang terbukti milik Gibran. Gibran, kata dia, bisa dimakzulkan karena melakukan perbuatan tercela.(*)