Najwa Shihab saat ini menjadi sorotan hangat warganet di media sosial X dan TikTok setelah pernyataannya mengenai mantan Presiden Jokowi yang menggunakan pesawat TNI AU untuk kembali ke Solo. Nama Najwa Shihab menduduki Trending Topic di X Indonesia dengan lebih dari 11.800 cuitan.
Kontroversi ini bermula dari siaran langsung Najwa Shihab yang meliput prosesi pelantikan Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029 pada Minggu, 20 Oktober 2024. Dalam acara tersebut, kepulangan Jokowi dan istrinya ke Solo menggunakan pesawat Boeing 737-800 Gen dengan nomor A7309 yang dikawal oleh skuadron TNI AU menarik perhatian Najwa. Ketika menyaksikan peristiwa tersebut, Najwa Shihab mengungkapkan, "Nggak jadi komersil, sekarang nebeng TNI AU," yang kemudian menjadi viral.
Ucapan tersebut memicu reaksi negatif di TikTok, di mana sejumlah warganet mengkritik Najwa dengan kata-kata yang tidak pantas, bahkan beberapa komentar mengarah pada pelecehan. Banyak warganet di X yang mengungkapkan keprihatinan atas serangan yang dialami Najwa, terutama setelah kampanye "Peringatan Darurat" yang berkaitan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi.
"Semenjak peringatan darurat, Mbak Nana sudah sering diserang secara masif. Makin brutal lagi setelah 'nebeng' ini digiring oleh beberapa pihak. Sedih," tulis pengguna X @raffi. Akun lain, @dewi, juga menyoroti serangan yang bersifat rasis dan pelecehan verbal yang diterima Najwa dalam beberapa bulan terakhir.
Selain itu, warganet juga menyoroti tindakan beberapa orang yang membakar buku karya Najwa Shihab. Pengguna X @tanyakanrl mengunggah pertanyaan mengenai alasan di balik pembakaran tersebut, dan mengungkapkan bahwa Najwa tidak pantas diperlakukan demikian.
Berbagai komentar dari netizen menunjukkan dukungan kepada Najwa Shihab. Salah satu pengguna X menulis, "Orang kritis malah dianggap provokator, hadeh," sementara yang lain menyoroti ketidakpahaman beberapa pengguna yang terpengaruh oleh narasi yang beredar.
Dengan demikian, kejadian ini menunjukkan betapa dinamis dan sensitifnya situasi politik di Indonesia, serta bagaimana kritik terhadap pejabat publik dapat memicu reaksi yang beragam di masyarakat.