Tiga warga negara Amerika, dua warga negara Spanyol, dan seorang warga negara Ceko ditangkap otoritas Venezuela karena diduga berencana membunuh Presiden Nicolas Maduro.
Penangkapan itu diumumkan di televisi pemerintah oleh Menteri Dalam Negeri Venezuela, Diosdado Cabello, pada Minggu (15/9).
Cabello mengungkap identitas warga asing tersebut di antaranya anggota angkatan laut AS william joseph castañeda gomez, dua warga Amerika bernama David Estrella dan Aaron Barrett Logan, dua warga negara Spanyol José MarÃa Basoa Valdovinos dan Andrés MartÃnez Adasme serta satu warga negara Ceko bernama Jan Darmovzal.
Dikatakan Cabello, mereka terlibat dalam rencana yang dipimpin CIA untuk menggulingkan pemerintah Venezuela dan membunuh beberapa anggota kepemimpinannya.
"CIA berada di garis depan dalam operasi ini. Pusat Intelijen Nasional Spanyol juga terlibat. Itu sama sekali tidak mengejutkan kami,” ujar Cabello, seperti dimuat Associated Press.
Dalam acara televisi tersebut, Cabello menunjukkan gambar senapan yang katanya disita dari para tersangka.
Penangkapan warga negara Amerika tersebut melibatkan seorang anggota militer AS, yang diidentifikasi Cabello sebagai Navy SEAL yang pernah bertugas di Afghanistan, Irak, dan Kolombia.
Kedutaan Besar Spanyol di Venezuela belum merespons penangkapan warga negaranya.
Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi ada dua personel militer AS yang ditahan di Venezuela.
Amerika membantah adanya upaya pembunuhan terhadap Maduro.
"Setiap klaim keterlibatan AS dalam rencana untuk menggulingkan Maduro secara kategoris salah. Amerika Serikat terus mendukung solusi demokratis untuk krisis politik di Venezuela," tegas Deplu AS.
Pengumuman penangkapan itu muncul hanya dua hari setelah Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi kepada 16 sekutu Maduro yang dituduh memanipulasi pemungutan suara selama pemilu 28 Juli lalu dan melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Awal minggu ini, parlemen Spanyol mengakui kandidat oposisi Edmundo Gonzalez sebagai pemenang, yang membuat marah sekutu Maduro, hingga berencana menangguhkan hubungan dengan Madrid.
Ketegangan antara pemerintah Venezuela dan AS juga meningkat setelah pemilihan, yang hasilnya memicu protes di Venezuela.
Dewan Pemilihan Venezuela (CNE) menyatakan Maduro sebagai pemenang dalam pemilu dua bulan lalu dengan perolehan suara 52 persen suara.
Kendati demikian, CNE dikritik karena tidak mampu menampilkan hasil kemenangan Maduro secara rinci. Mereka mengklaim mengalami serangan siber selama pemilu, sehingga beberapa data hilang.
Klaim itu juga telah diakui oleh Mahkamah Agung Venezuela beserta dengan keabsahan kemenangan Maduro.