Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Sisi Lain Rocky Gerung yang Sempat Tak Mau Berpolitik hingga Pernah Tinggal Dekat Rumah Soeharto

Rocky Gerung Ribut dengan Silfester Matutina di TV, Bermula dari Pembahasan  Apakah Jokowi Cawe-Cawe di Pemilu

Rocky Gerung memang terus menjadi sorotan publik, bukan hanya soal pemikirannya yang kritis terhadap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), namun juga saat dirinya beradu kepintaran dengan Silfester Matutina, dalam sebuah acara talkshow di salah satu TV swasta.

Selain itu, ada hal menarik dari Rocky Gerung yang perlu dibahas ternyata dirinya sebelumnya tidak tertarik dengan politik sama sekali dan menikmati kehidupan yang santai.

Pemikir kritis ini pun menjadi melambung namanya, karena pemikirannya yang sangat cerdas dan berbagai referensi bacaan yang sangat banyak, membuat topik yang dibahas bisa dikulitinya.

Sosok Rocky Gerung merupakan orang asli Manado Sulawesi Utara, yang sejak SMA sudah hijrah ke Jakarta.

"Saya ini orang asli Manado dan sejak SMA sudah pindah ke Jakarta, dan tinggal di Menteng,” ujarnya seperti dikutip SketsaNusantara.id dari Tiktok Akal Sehat.

Ia juga menyampaikan, saat SMA juga pernah tinggal dalam satu lingkungan dengan Presiden Soeharto.

"Ya memang saya tinggal dekat dengan kediaman Pak Harto, ya paling jaraknya 2 rumah di Menteng itu,” imbuhnya.

Selain itu, sisi lain dari Rocky Gerung yakni ternyata ia penikmat musik blues yang kerap dinikmatinya sejak duduk di bangku SMA dan naik ke jenjang perguruan tinggi.

“Saya sering ke Jakarta Theater karena dekat rumah ya 200 meter, ada band Jack and The Gold Gusys yang sering dinikmatin,” ungkapnya.

Kemudian Rocky Gerung menempuh pendidikan di Universitas Indonesia (UI), karena ingin memuaskan keingintahuannya maka sempat berpindah ke beberapa fakultas.

"Dulu saya masuk Fakultas Ekonomi UI, kemudian Fakultas Hukum UI, ke Fisip Hubungan Internasional UI dan terakhir ke Filsafat UI, jadi gue ini punya 4 jaket kuning UI,” tegasnya.

Tidak ada pikiran untuk menjadi seseorang yang lantang seperti sekarang, Rocky Gerung mengaku ditemukan oleh Indonesia Lawyer Club (ILC) yang menjadi wadahnya memberikan banyak pemikiran.

"Jadi selama 15 tahun ngajar di UI gak pernah berpolitik, malah ngumpet. Sebelum ditemukan ILC untuk bergabung dan di situ mulai dibilang ngibul, ngoveh, hoax, sampai dimaki-maki ya dinikmatin aja,” terangnya.

Ia menambahkan, sejatinya hobinya adalah dengan naik gunung dan menganggap pekerjaan sekarang ini adalah sampingan saja.

“Ya ini kan sampingan aja, gue lebih senang naik gunung dan nikmatin salju di Himalaya,” tutupnya seperti dikutip dari sketsa

Kehidupan dan karier

Rocky mulai berkuliah di Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1979. Ia pertama kali masuk ke Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,[7] yang saat itu tergabung dalam Fakultas Ilmu-ilmu Sosial. Namun, Rocky tidak menyelesaikan kuliahnya di jurusan tersebut. Alih-alih Rocky lulus sebagai Sarjana Sastra dari Jurusan Ilmu Filsafat. Selama berkuliah, Rocky dekat dengan para aktivis berhaluan sosialisme seperti Marsillam Simanjuntak dan Hariman Siregar.[8]

Setelah lulus, Rocky kembali ke UI dan mengajar di Departemen Ilmu Filsafat, yang kini tergabung di dalam Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, sebagai dosen tidak tetap hingga awal 2015. Ia berhenti mengajar disebabkan keluarnya UU No. 14 tahun 2005 yang mensyaratkan seorang dosen harus minimal bergelar magister; sedangkan Rocky hanya menyandang gelar sarjana. Ia tercatat mengampu mata-mata kuliah seperti Seminar Teori Keadilan, Filsafat Politik, dan Metode Penelitian Filsafat; ia juga pernah mengajar pada program pascasarjana. Salah satu mahasiswa yang dibimbingnya adalah aktris Dian Sastrowardoyo.[9][10]

Bersama tokoh-tokoh seperti Abdurrahman Wahid dan Azyumardi Azra, Rocky ikut mendirikan Setara Institute, sebuah wadah pemikir di bidang demokrasi dan hak asasi manusia, pada 2005.[11]

Dalam bidang politik, Rocky bersama Sjahrir dan istrinya, Nurmala Kartini Sjahrir pernah mendirikan Partai Indonesia Baru (PIB) pada 2002. Meski ikut mendirikan, ia tak aktif di kepengurusan partai. Belakangan, Rocky memutuskan keluar dan bergabung dengan Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) pada 2011.[12] Ia didapuk sebagai anggota Majelis Pertimbangan Partai SRI.[13][14] Partai tersebut bermaksud mencalonkan Sri Mulyani untuk pemilihan umum Presiden Indonesia 2014. Namun, SRI gagal melewati proses verifikasi administrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga tidak dapat mengikuti pemilihan umum legislatif Indonesia 2014.[15]

Rocky Gerung memang terus menjadi sorotan publik, bukan hanya soal pemikirannya yang kritis terhadap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), namun juga saat dirinya beradu kepintaran dengan Silfester Matutina, dalam sebuah acara talkshow di salah satu TV swasta.

Selain itu, ada hal menarik dari Rocky Gerung yang perlu dibahas ternyata dirinya sebelumnya tidak tertarik dengan politik sama sekali dan menikmati kehidupan yang santai.

Pemikir kritis ini pun menjadi melambung namanya, karena pemikirannya yang sangat cerdas dan berbagai referensi bacaan yang sangat banyak, membuat topik yang dibahas bisa dikulitinya.

Sosok Rocky Gerung merupakan orang asli Manado Sulawesi Utara, yang sejak SMA sudah hijrah ke Jakarta.

"Saya ini orang asli Manado dan sejak SMA sudah pindah ke Jakarta, dan tinggal di Menteng,” ujarnya seperti dikutip SketsaNusantara.id dari Tiktok Akal Sehat.

Ia juga menyampaikan, saat SMA juga pernah tinggal dalam satu lingkungan dengan Presiden Soeharto.

"Ya memang saya tinggal dekat dengan kediaman Pak Harto, ya paling jaraknya 2 rumah di Menteng itu,” imbuhnya.

Selain itu, sisi lain dari Rocky Gerung yakni ternyata ia penikmat musik blues yang kerap dinikmatinya sejak duduk di bangku SMA dan naik ke jenjang perguruan tinggi.

“Saya sering ke Jakarta Theater karena dekat rumah ya 200 meter, ada band Jack and The Gold Gusys yang sering dinikmatin,” ungkapnya.

Kemudian Rocky Gerung menempuh pendidikan di Universitas Indonesia (UI), karena ingin memuaskan keingintahuannya maka sempat berpindah ke beberapa fakultas.

"Dulu saya masuk Fakultas Ekonomi UI, kemudian Fakultas Hukum UI, ke Fisip Hubungan Internasional UI dan terakhir ke Filsafat UI, jadi gue ini punya 4 jaket kuning UI,” tegasnya.

Tidak ada pikiran untuk menjadi seseorang yang lantang seperti sekarang, Rocky Gerung mengaku ditemukan oleh Indonesia Lawyer Club (ILC) yang menjadi wadahnya memberikan banyak pemikiran.

"Jadi selama 15 tahun ngajar di UI gak pernah berpolitik, malah ngumpet. Sebelum ditemukan ILC untuk bergabung dan di situ mulai dibilang ngibul, ngoveh, hoax, sampai dimaki-maki ya dinikmatin aja,” terangnya.

Ia menambahkan, sejatinya hobinya adalah dengan naik gunung dan menganggap pekerjaan sekarang ini adalah sampingan saja.

“Ya ini kan sampingan aja, gue lebih senang naik gunung dan nikmatin salju di Himalaya,” tutupnya seperti dikutip dari sketsa

Kehidupan dan karier

Rocky mulai berkuliah di Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1979. Ia pertama kali masuk ke Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,[7] yang saat itu tergabung dalam Fakultas Ilmu-ilmu Sosial. Namun, Rocky tidak menyelesaikan kuliahnya di jurusan tersebut. Alih-alih Rocky lulus sebagai Sarjana Sastra dari Jurusan Ilmu Filsafat. Selama berkuliah, Rocky dekat dengan para aktivis berhaluan sosialisme seperti Marsillam Simanjuntak dan Hariman Siregar.[8]

Setelah lulus, Rocky kembali ke UI dan mengajar di Departemen Ilmu Filsafat, yang kini tergabung di dalam Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, sebagai dosen tidak tetap hingga awal 2015. Ia berhenti mengajar disebabkan keluarnya UU No. 14 tahun 2005 yang mensyaratkan seorang dosen harus minimal bergelar magister; sedangkan Rocky hanya menyandang gelar sarjana. Ia tercatat mengampu mata-mata kuliah seperti Seminar Teori Keadilan, Filsafat Politik, dan Metode Penelitian Filsafat; ia juga pernah mengajar pada program pascasarjana. Salah satu mahasiswa yang dibimbingnya adalah aktris Dian Sastrowardoyo.[9][10]

Bersama tokoh-tokoh seperti Abdurrahman Wahid dan Azyumardi Azra, Rocky ikut mendirikan Setara Institute, sebuah wadah pemikir di bidang demokrasi dan hak asasi manusia, pada 2005.[11]

Dalam bidang politik, Rocky bersama Sjahrir dan istrinya, Nurmala Kartini Sjahrir pernah mendirikan Partai Indonesia Baru (PIB) pada 2002. Meski ikut mendirikan, ia tak aktif di kepengurusan partai. Belakangan, Rocky memutuskan keluar dan bergabung dengan Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) pada 2011.[12] Ia didapuk sebagai anggota Majelis Pertimbangan Partai SRI.[13][14] Partai tersebut bermaksud mencalonkan Sri Mulyani untuk pemilihan umum Presiden Indonesia 2014. Namun, SRI gagal melewati proses verifikasi administrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga tidak dapat mengikuti pemilihan umum legislatif Indonesia 2014.[15]

Rocky juga pernah mengetuai Sekolah Ilmu Sosial (SIS), sebuah sekolah nonformal yang mendidik siswanya untuk memahami realitas sosial secara interdisipliner, di bawah Yayasan Padi dan Kapas yang juga diketuai oleh Sjahrir. Pengajar di SIS ada sepuluh orang, beberapa di antaranya adalah Arief Budiman, Salim Said, dan Rahman Tolleng.[16]***

Rocky juga pernah mengetuai Sekolah Ilmu Sosial (SIS), sebuah sekolah nonformal yang mendidik siswanya untuk memahami realitas sosial secara interdisipliner, di bawah Yayasan Padi dan Kapas yang juga diketuai oleh Sjahrir. Pengajar di SIS ada sepuluh orang, beberapa di antaranya adalah Arief Budiman, Salim Said, dan Rahman Tolleng.[16]***

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved