Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

RS Medistra Langsung Minta Maaf Usai Viral Dugaan Larangan Hijab di Lingkungannya, Begini Tanggapan Anwar Abbas

 

Publik dihebohkan dengan berita viral soal Rumah Sakit (RS) Medistra yang diduga larang karyawan Muslimahnya kenakan hijab.

Setelah ramai diperbincangkan dan dikecam banyak pihak, RS Medistra langsung meminta maaf.

Direktur RS Medistra Agung Budisatria mengungkapkan permohonan maafnya dan mengatakan kasus ini sedang ditangani oleh pihak manajemen.
"Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan akibat isu diskriminasi yang dialami oleh salah seorang kandidat tenaga kesehatan dalam proses rekrutmen. Hal tersebut kini tengah dalam penanganan manajemen," tandas Agung Budisatria lewat keterangan tertulisnya, Senin (2/9/2024).

Agung memastikan RS Medistra inklusif dan terbuka bagi siapa saja yang mau bekerja sama untuk menghadirkan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat.

"Ke depan kami akan terus melakukan proses kontrol ketat terhadap proses rekrutmen ataupun komunikasi sehingga pesan yang kami sampaikan dapat dipahami dengan baik oleh semua pihak," ujarnya.

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang juga sekaligus Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengapresiasi tindakan RS Medistra yang langsung minta maaf kepada publik.

“Jika benar Direktur RS Medistra sudah menyampaikan permohonan maaf kepada publik karena telah melarang dokter-perawat muslimah yang bekerja di rumah sakitnya memakai jilbab maka MUI tentu saja perlu memberikan apresiasi,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima tvOnenews.com di Jakarta pada Senin (2/9/2024).

Dengan begini Anwar Abbas berharap masyarakat akan kembali tenang.

“Terhadap hal demikian karena dengan adanya permohonan maaf tersebut diharapkan masyarakat akan bisa kembali tenang,” ujarnya.

“Sebab kalau tidak maka keresahan dan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat tentu akan terus berlanjut,” sambung Anwar Abbas.

Jika keresahan masyarakat berlanjut maka menurutnya tidak mustahil akan berdampak pada pelayanan RS Medistra.

“Sehingga tidak mustahil pelayanan yang bisa diberikan oleh pihak RS terhadap masyarakat sudah jelas akan bisa terganggu,” ujarnya.

Namun MUI tetap berharap RS Medistra serius dalam menangani kasus dugaan larangan karyawan berhijab.

“Untuk itu MUI mengharapkan agar pihak RS benar-benar serius menangani masalah ini,” harapnya.

“Karena kalau tidak maka sikap dan tindakan yang tidak etis, melanggar HAM dan tidak konstitusional yang dilakukan oleh pihak RS tersebut,” lanjut Anwar Abbas.

Jika tidak tuntas maka sangat mungkin memantik masalah yang lebih besar.

“Tentu tidak mustahil akan bisa memantik bagi terjadinya masalah yang lebih besar lagi dan hal itu tentu saja sama-sama tidak kita inginkan,” tutupnya.

Sebelumnya viral di media sosial unggahan foto surat protes yang dilayangkan dokter spesialis onkologi Diani Kartini kepada RS Medistra pada 29 Agustus 2024.

Diketahui, dokter tersebut telah bekerja di RS Medistra sejak tahun 2010 dan memutuskan untuk mengundurkan diri pada 31 Agustus 2024.

Dalam surat protes yang beredar itu, Diani Kartini mempertanyakan masalah penggunaan hijab di RS Medistra.

“Salah satu RS di Jakarta selatan, jauh lebih ramai dari RS Medistra, memperbolehkan semua pegawai baik perawat, dokter umum, spesialis dan subspesialis menggunakan hijab,” tulisnya.

“Jika RS Medistra memang RS untuk golongan tertentu, sebaiknya jelas dituliskan saja kalau RS Medistra untuk golongan tertentu sehingga jelas siapa yang bekerja dan datang sebagai pasien,”. lanjutnya.

“Apakah ada standar ganda cara berpakaian untuk perawat, dokter umum, dokter spesialis dan subspesialis di RS Medistra?,” demikian petikan surat protes tersebut.

Dugaan larangan hijab RS Medistra ini sontak menuai kritikan dari warganet atau netizen.

Banyak pihak yang menyayangkan sikap RS Medistra.

"LAGI DAN LAGI PERSEKUSI JILBAB Dokter spesialis bedah onkologi Dr dr Diani Kartini memutuskan resign atau berhenti dari tempatnya bekerja di RS Medistra usai dirinya melayangkan protes karena pihak direksi diduga melarang pegawainya menggunakan hijab," kata salah seorang Netizen monica.

"Manajemen RS Medistra Rasis terhadap Nakes Muslim yang Berhijab, Dr Diani Mundur," ucap @langitmaca

"Klo tdk mau menerima karyawan berjilbab, sebaiknya diumumkan juga oleh RS MEDISTRA bahwa mereka tidak membutuhkan pasien berjilbab, pengunjung berjilbab, mitra/vendor berjilbab… Lo mau duitnya aja dari org2 yg berjilbab," jelas akun @ridhoo seperti dikutip dari tv one


Sebelumnya, sebuah surat yang ditulis oleh Dr. dr. Diani Kartini, seorang dokter spesialis bedah onkologi, kepada RS Medistra Jakarta Selatan, viral di media sosial.

Dalam surat tersebut, Dr. Diani memprotes dugaan larangan bagi pegawai untuk berhijab di rumah sakit tersebut.

Sebagai bentuk protes dan kekecewaannya terhadap kebijakan manajemen RS Medistra, Dr. Diani memutuskan untuk berhenti bekerja di rumah sakit tersebut.

Menanggapi hal ini, Ketua DPRD DKI Jakarta, Achmad Yani, dengan tegas menyatakan bahwa RS Medistra tidak boleh mencoba-coba melanggar hak asasi manusia (HAM) dengan memberlakukan kebijakan larangan

GoRiau Surat protes yang ditulis Dr d

Achmad Yani meminta agar Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta segera melakukan investigasi terkait dugaan pelanggaran ini, yang menurutnya sudah jelas merupakan pelanggaran HAM dan etika.

Achmad Yani juga meminta manajemen RS Medistra untuk segera memberikan klarifikasi dan penjelasan terkait kasus ini, karena masalah tersebut telah menimbulkan keresahan di masyarakat.

Selain itu, ia menekankan pentingnya membuka kanal-kanal aspirasi masyarakat untuk mengatasi masalah serupa di masa depan, guna memastikan kebebasan menjalankan keyakinan tidak dibatasi di tempat kerja.***

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved