Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Pernah Sarankan Anies Tak Usah Maju Pilkada, Dokter Tifa: Berkat Dia, Terkuak Tingkah Polah Petinggi Partai

 

Pemerhati politik yang juga seorang dokter, dr Tifauzia Tyassuma, kembali menyampaikan pandangannya terkait kondisi politik tanah air.

Melalui akun pribadinya di X, @DokterTifa, dia mengungkit pernyataannya beberapa waktu lalu yang meminta agar mantan Capres Koalisi Perubahan itu tidak usah mencalonkan diri pada Pilkada 2024.

"Bulan Juni 2024 saya udah ingetin sahabatku ini untuk ngga usah maju Gubernur. Tuh kan bener jadi bulan-bulanan," katanya, dikutip Rabu (4/9/2024).

"But, anyway, anyhow, ada a blessing in disguise dengan drama Gubernur DKI dan Jabar yang hampir melibatkan Anies, yaitu Terkuaknya tingkah polah Petinggi Partai-Partai Politik yang very disgusting," sambung perempuan yang sangat getol mengkritik program-program pemerintah dalam penanganan Covid-19 ini.

"Dan akhirnya situasi itu membuat Anies berpikir untuk bikin Partai. Pokoke tak dukung dirimu, Nies @aniesbaswedan. Titenono jejak digitalku Iki. Anies, mengko ono titi mangsane awakmu dadi Presiden The New Indonesia," tutup praktisi ilmu saraf nutrisi dan makanan sehat ini.

Sebelumnya diberitakan, kronologi pencalonan Anies untuk maju, berawal dari kesediaannya untuk maju di Jakarta karena ada aspirasi warga yang meminta dia maju kembali memimpin Jakarta.

Ada pula aspirasi dari Dewan Pimpinan Wilayah Partai yang mengusungnya saat Pilpres 2024. Yaitu PKB, Nasdem, PKS. Kemudian, ketiga partai itu melakukan deklarasi mendukung Anies.

Diceritakan Geisz Chalifah, terjadi operasi jahat dilakukan terhadap partai-partai yang ingin mengusung Anies. Seperti Nasdem juga PKB (Dioperasi). Juga Iming-iming terhadap PKS dengan syarat tak boleh mencalonkan Anies.

Cerita detail terkait ini, kata Geizs terlalu panjang, namun bocor alus Tempo sudah menayangkan tentu saja ada info yang patut dikoreksi, terutama soal waktu yg diberikan oleh PKS. Soal jadwal waktu itu tidak ada dalam komunikasi dengan Anies tentang batas waktu tersebut.

"Bahkan saya mengajak dua orang petinggi dari partai itu dan satu orang kadernya, untuk melakukan mubahalah atas kebohongan pernyataan mereka di publik dan mereka menolak untuk Mubahallah," tegas Geisz, melalui akun media sosialnya.

Dia pun tak mau lagi berdiskusi beradu argument karena hanya akan beralasan macam. Maka agar ada konsekwensinya, dalam bicara di depan publik maka dia mengambil langkah sederhana. Agar siapa yg berbohong maka dilaknat Allah. "Saya siap melakukannya karena mereka mengatakan sebagai partai dakwah," tuturnya.

Akhir cerita Ketiga partai itu balik arah tak lagi mengusung Anies.

Lalu Anies diundang ke DPD PDIP pada Sabtu 24 Agustus 2024. Kemudian pada Minggu malam tanggal 25 Agustus, 2 elit PDIP mendatangi Anies di Markas Anies di Jakarta Selatan untuk menandatangani berkas. (Ada bukti fotonya).

Senin 26 Agustus Anies diminta hadir ke DPP PDIP utk bertemu dengan Rano Karno (Ada rencana Deklarasi). Anies diminta hadir di gedung belakang DPP PDIP, bertemu dengan Rano Karno dan elite PDIP.

Kemudian mendadak terjadi “perubahan situasi” yang kemudian dikatakan untuk ditunda. Lalu sore hari terjadi perubahan nama. Yang kemudian dicalonkan adalah Pramono Anung dan Rano Karno. "Cerita di balik itu adalah cerita yang sama dengan partai-parta sebelumnya yang mendukung Anies namun lebih kompleks," urai Geisz.

Kamis, 29 Agustus santer diberitakan Anies diminta maju oleh PDIP untuk maju di Pilgub Jabar. Permintaan itu memang ada.
Namun demikian berbeda dengan Jakarta. Di jakarta Anies bersedia maju karena ada aspirasi warga maupun dari DPW dan DPD partai. Akan tetapi, untuk Jawa Barat, tak ada permintaan atau aspirasi dari warga maupun Dewan Pimpinan Daerah Partai tsb di Jawa Barat.

Anies mengucapkan terimakasih atas permintaan tersebut, namun Anies tidak bersedia karena permintaan tersebut semata-mata atas pilihan partai bahkan tak pernah terdengar warga Jawa Barat meminta Anies maju di daerah tersebut maupun ada aspirasi dari Dewan Pimpinan Daerah partai.

Bagi Anies yang seperti itu secara moral dia tak pantas menerima amanat itu, karena bukan kehendak warga Jawa Barat.

Anies bukan mengejar jabatan, oleh sebab itu dia tak bersedia dan secara moral tidak etis. Walau secara pemilih di Jawa Barat Anies mendapat 31% suara saat Pilpres.

Berbeda dengan Ridwan kamil yang secara aspirasi datangnya dari warga Jawa Barat untuk dia maju di daerah tersebut. Namun tak ada permintaan dari warga Jakarta untuk dia maju di Jakarta, namun Ridwan Kamil memilih untuk mengikuti keinginan Partai bukan mengikuti keinginan warga Jawa Barat. Oleh sebab itu, dia bersedia untuk maju di Jakarta bukan di Jawa Barat.

Dengan demikian, kandaslah sudah semua ikhtiar warga Jakarta mendatangi partai-partai untuk mengusung Anies maju di Jakarta yang berakhir dengan tak jadi berlayar. "Karena operasi jahat dilakukan dengan sempurna," tandas Geisz.

Dan tanpa mengurangi rasa hormat terhadap warga Jawa Barat dan partai yang ingin mengusungnya, Anies mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya.

Anies juga berterimakasih kepada semua warga Jakarta yang telah berikhtiar semaksimalnya juga kepada semua partai yang pernah berusaha mendukungnya.

"Perjuangan masih panjang. Kita semua tak akan berhenti untuk melakukan kebaikan untuk negeri tercinta," tutup Geisz Chalifah, dilansir dari akun Facebook-nya, Jumat, 30 Agustus 2024.

Sumber Berita / Artikel Asli : fajar

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved