Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Jokowi Lengser Oktober 2024, Diam-Diam Ada 2 Hantu Membayangi!

 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal menyerahkan tampuk pemerintahan kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto pada bulan Oktober 2024 nanti.

Namun, jelang berakhirnya masa kepemimpinan Jokowi, perekonomian RI justru digentayangi dua "hantu besar". Kedua hantu tersebut adalah defisit transaksi berjalan serta kondisi investasi langsung yang makin menipis.
Melalui catatan Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), kuartal II-2024 cenderung menipis.

"NPI pada kuartal II-2024 menunjukkan perbaikan dengan mencatat defisit US$600 juta, lebih rendah dibandingkan dengan defisit US$6 miliar pada kuartal I-2024," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (31/8/2024).

Kendati defisit NPI mengecil tetapi "hantu" defisit transaksi berjalan dan menipisnya surplus pada investasi langsung justru memburuk.

1. Transaksi Berjalan Defisit, Waspada Investor Asing Kabur dari RI
Defisit yang kembali terjadi pada transaksi berjalan untuk kuartal II-2024 tercatat US$3,02 miliar, lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yang tercatat US$ 2,41 miliar. Hal ini semakin memperpanjang tren defisit menjadi lima kuartal beruntun atau sejak kuartal II-2023.

      Defisit kuartal II-2024 merupakan yang terparah sejak kuartal I-2020.

      Defisit lima kuartal beruntun ini berbarengan dengan pudarnya commodity boom serta meningkatnya ekonomi dalam negeri. Selama Jokowi memimpin Indonesia (kuartal IV-2014 hingga kuartal II-2024), transaksi berjalan selalu mencatat defisit. Pengecualian terjadi pada kuartal III-IV 2020, kuartal III-IV 2021 dan kuartal I-IV 2022 serta kuartal I-2023.

      Transaksi berjalan selalu berada di zona merah kecuali pada booming komoditas pada 2021-2022 atau anjloknya impor selama pandemi 2020.

      Sebagai catatan, Indonesia diuntungkan dengan booming komoditas pada akhir 2021-awal 2023 ditopang oleh membaiknya ekonomi global pasca pandemi serta perang Rusia-Ukraina. Harga komoditas andalan Indonesia ada dalam level tinggi mulai dari batu bara dan crude palm oil atau CPO (minyak kelapa sawit).

      Pada 2022, harga batu bara sempat tembus di atas level US$400 per ton sementara harga minyak kelapa sawit berada di atas level MYR 7.000.

      2. Surplus Investasi Langsung Menipis, Orang RI Investasi di Luar Negeri
      Investasi langsung tetap membukukan surplus sejalan dengan optimisme investor terhadap prospek ekonomi dan iklim investasi domestik yang terjaga. Namun jika dilihat lebih dalam, surplus yang tercatat hanya sebesar US$1,38 miliar pada kuartal II-2024. Angka ini merupakan yang paling rendah sejak kuartal III-2020 yang pada saat itu surplus sebesar US$0,99 miliar.

        Sementara jika kita keluarkan momen Covid-19, maka surplus investasi langsung kali ini merupakan yang terendah sejak kuartal IV-2018.

        Investasi langsung di sisi aset mengalami kenaikan menjadi US$2,56 miliar pada kuartal II-2024. Tren kenaikan ini terjadi bahkan sejak kuartal IV-2020 dengan mayoritas lewat instrumen utang.

        Jika periode Covid-19 diabaikan, maka investasi langsung di sisi aset merupakan yang tertinggi sejak kuartal IV-2016 atau sekitar delapan tahun terakhir.

        Untuk diketahui, peningkatan arus keluar neto dari sisi aset menunjukkan bahwa warga Indonesia semakin berbondong-bondong untuk berinvestasi di luar negeri secara langsung mengalami kenaikan.

        Sementara pada sisi kewajiban, investasi langsung tercatat sebesar US$3,9 miliar pada kuartal II-2024 atau terendah sejak kuartal III-2020.

        Sisi kewajiban ini menunjukkan, investasi langsung yang masuk secara neto ke dalam negeri. Oleh karena itu, jika angkanya mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa semakin sedikit investasi yang masuk ke dalam negeri.

        Dengan asumsi kondisi perekonomian tak kunjung membaik (global maupun domestik), maka bukan tidak mungkin sebanyak banyak investor yang berinvestasi di luar negeri dibandingkan di Tanah Air.

        Ketika hal tersebut terjadi, maka roda perekonomian di dalam negeri akan semakin sulit untuk dapat bergerak dan tumbuh sesuai dengan target optimis pemerintah.

        Semakin berkurangnya surplus pada sisi kewajiban maka ini mencerminkan minat investasi yang menyusut. Padahal, Indonesia mengincar investasi, termasuk asing, sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi Indonesia.

        Investasi langsung juga mencerminkan kepercayaan investor dalam jangka panjang di Indonesia karena mereka harus merealisasikannya dalam bentuk membangun pabrik dan kantor hingga aktivitas produksi. Hal ini berbeda dengan investasi portofolio yang mencerminkan lalu lintas hot money dan berjangka pendek.

        Sumber Berita / Artikel Asli : CNBC Indonesia

        Posting Komentar

        0 Komentar
        * Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

        Top Post Ad

        Below Post Ad

        Ads Bottom

        Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved