Kilas peristiwa hari ini, tepat tiga tahun lalu, pada 2 Agustus 2021, masyarakat Indonesia digegerkan dengan prank sumbangan Rp 2 triliun dari pria bernama Akidi Tio.
Akidi Tio disebut sebagai seorang dermawan yang akan menyumbangkan uang Rp 2 triliun untuk penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan.
Sumbangan tersebut disampaikan oleh pihak keluarga dan diberikan atas nama Almarhum Akidi Tio.
Namun, setelah membuat gempar masyarakat di media sosial, ternyata sumbangan ini hanyalah kebohongan yang disebar oleh anak dari Akidi Tio, yakni Heriyanti.
Dikutip TribunWow.com dari TribunSumsel.com, Heriyanti ternyata berbohong soal sumbangan triliunan rupiah itu.
Atas aksinya itu, Heriyanti dianggap menyebar hoaks dan membuat gaduh publik.
Heriyanti pun ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus hoaks sumbangan Rp 2 triliun.
Anak bungsu Akidi Tio itu dijemput langsung Dir Intelkam Polda Sumsel, Kombes Pol Ratno Kuncoro ke Mapolda Sumsel.
Heriyanti tiba di Mapolda Sumsel pukul 12.59 WIB dan langsung digiring masuk ke ruang Dir Ditkrimum Polda Sumsel dengan pengawalan sejumlah petugas.
Setibanya di kantor polisi, Heriyanti hanya menunduk dan tidak memberikan komentar apapun soal kasus yang menimpanya.
Kapolda sampai Minta Maaf
Kasus ini pun sampai membuat Kapolda Sumsel saat itu meminta maaf, lantaran menerima dengan karangan Heriyanti.
Dilansir TribunWow.com, Irjen Pol Eko Indra Heri mengakui kesalahannya yang kurang berhati-hati hingga timbul sumbangan hoaks yang diberikan anak bungsu Akidi Tio, Heriyanti.
"Oleh karena itu saya meminta maaf kepada masyarakat Indonesia, kepada Kapolri, dan kepada seluruh anggota Polri," ujar Eko, dikutip dari TribunSumsel.com, Kamis (5/8/2021).
"Kelemahan saya sebagai individu, manusia biasa."
"Ini terjadi karena ketidak hati-hatian saya selaku individu ketika mendapatkan informasi dari awalnya ibu Kadinkes menghubungi saya yang menyatakan ada sumbangan dari keluarga Akidi yang disampaikan oleh bapak Profesor Hardy."
Eko mengaku kala itu ia bersedia menerima amanat tersebut karena Heriyanti berniat membantu penanganan Covid-19 di Palembang.
Selain itu, Eko juga sudah lama mengenal baik mendiang Akidi Tio.
"Sementara ibu Heriyanti saya tidak begitu kenal," sambungnya.
Saat menerima informasi soal bantuan Rp 2 triliun, Eko ternyata tak bertemu dengan Heriyanti.
Karena itu, ia tak terlalu mengecek adanya dana tersebut.
"Profesor Hardy bilang ada sumbangan Rp 2 triliun dan uang itu berbentuk cek," bebernya.
"Kemudian dia bilang ini kepercayaan kepada saya dan harus disampaikan."
Kala itu, Heriyanti menjanjikan uang Rp 2 triliun bakal cair Senin 2 Agustus 2021.
Namun hingga berita ini diturunkan, tak ada sepeser pun uang Heriyanti yang cair.
Terlepas dari ada tidaknya dana itu, Eko mengaku sudah memaafkan Heriyanti.
"Saya juga mengucapkan terima kasih kepada mereka-mereka yang berempati pada saya atas kejadian ini."
Karena itu, Eko meminta seluruh pihak menghilangkan semua kegaduhan dan kembali berkonsentrasi menangani Covid-19.
"Masyarakat kita masih sangat membutuhkan perhatian dan dukungan kita untuk penanganan Covid-19 ini," terang Eko, dikutip dari Kompas.com, Kamis (5/8/2021).
"Kita kembali berkonsentrasi, saatnya kita memilih mau jadi pejuang atau jadi pecundang."