Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Apakah Berita yg di-"404 Not Found"-kan berarti di-Breidel Digital ?


 Oleh : Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes 

Netizen di Jagad Maya kemarin heboh, bukan karena ada pemberitaan yg menarik, namun justru karena berita sebelumnya yg sempat muncul, bahkan jadi Viral & bisa diakses normal awalnya tsb mendadak berubah hanya menjadi sebuah kotak putih yg bertuliskan "404 Not Found". Adalah berita dari portal mainstream lembaga penyiaran publik RRI yg link lengkapnya sbb : "www.rri.co.id/daerah/871820/agk-beberkan-pemilik-iup-blok-medan-di-tambang-haltim"

Berita yg sebelumnya berjudul "AGK Beberkan Pemilik IUP Blok Medan di Tambang Haltim" tsb kini sudah lenyap tak berbekas menjadi "404 Not Found". Berita ini memang sempat Viral seharian kemarin & dibahas dalam berbagai WAG, bahkan menjadi konten YouTube, TikTok & berbagai Platform akun SosMed yg ada di seantero Jagad Maya (Sebagaimana diketahui, AGK yg dimaksud adalah Abdul Gani Kasuba & IUP salah Izin Usaha Pertambangan).

Lucunya, justru karena (di) hilang (kan) tsb, banyak Netizen yg pernah meng-copy beritanya kini saling mem-paste di berbagai WAG sbb :  Istilah “blok Medan” dalam pengurusan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Maluku Utara terbongkar setelah Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menghadirkan Kepala Dinas ESDM Maluku Utara, Suryanto Andili, saat sidang suap, Rabu (31/7/2024). Dalam kesaksian, Suryanto mengakui, istilah “blok Medan” dipakai karena blok tambang dimiliki Bobby Nasution yang juga Wali Kota Medan

 Mantan Gubernur Maluku Utara Abdul Ghani Kasuba (AGK) sebagai saksi tunggal kasus suap mengaku, istilah “blok Medan” dipakai karena blok tambang dimiliki istri Wali Kota Medan, Kahiyang Ayu. “Milik istri Wali Kota Medan, istrinya Bobby,” kata AGK. Dalam acara di Medan menghadiri undangan Bobby, selain istri Bobby bertemu anak AGK, juga dibahas Blok tambang. "Blok Medan” dimiliki istri Wali Kota Medan terletak di Kabupaten Halmahera Timur yang bergerak di pertambangan nikel. 

Pertanyaannya kemudian adalah, Mengapa Berita di Portal Media Mainstream sekelas RRI ttg Fakta persidangan Pemilik sebenarnya IUP yg disebut sebagai "Blok Medan" yg diungkap oleh AGK kemarin harus di-" 404 Not Found"-kan ? Kalau memang informasi tsb tidak benar alias HoaX, harusnya diklarifikasi saja oleh situs semacam Turn-back-HoaX & diberi "Stempel HoaX" di situs ybs. Namun kalau -misalnya- berita tsb ada yg "keberatan", tentu sebenarnya bisa digunakan Hak Jawab sbgmn yg diatur dalam UU Pers. Contoh lain spt yg kemarin ada "Ralat Judul" dari sebuah Media online mainstream yg sebelumnya menuliskan soal Motor yg dipakai belum bayar pajak, namun kemudian dikoreksi jadi "Motor Pinjaman".

Cara2 (di) hilang (kan) seperrti ini malah seperti mengingatkan kita kepada cara2 tempo doeloe sebagaimana "Breidel" di era OrBe, alias Orde Belanda (bukan hanya OrBa atau OrLa). Sejarahnya "Breidel" adalah istilah bahasa Belanda yg berarti pemberangusan / pelarangan / pembatasan terhadap media massa atau produk pers. Breidel  dilakukan oleh pemerintah di masa lalu & kalau sekarang bisa disebut sbg Pelanggaran thdp kebebasan pers. Dulu Pemerintah Hindia Belanda melalui Gubernur Jendral yg berkuasa saat itu memang  menetapkan Persbreidel-Ordonantie sejak 07/09/1931 dimana termuat dlm Staatsblad 1931 No 394 & Staatsblad 1931 No 44.

Setelah Indonesia merdeka, 9 tahun sesudahnya aturan Breidel dicabut dengan terbitnya UU No 23 th 1954. Namun demikian sudah menjadi rahasia umum bahwa baik di era  OrLa sd tahun 1966 maupun OrBa sd th 1998 beberapa kali Breidel masih dilakukan, dimana yg terkenal adalah yg dialami oleh Majalah Tempo th 1982 & 07/06/1994 dan Harian Sinar Harapan 02/10/1965, 02/01/1973, 15/01/1974 & Oktober 1986. Sebenarnya ada 3 media lain (Indonesia Raya, Harian Rakyat & Harian Abadi) juga sempat dibreidel, namun tidak setenar Tempo & Sinar Harapan diatas.

Di era IoT (Internet of Things) sekarang, mengapa status "404 Not Found" kerap disebut sebagai "Breidel Digital" ? Ini tidak lepas dari sejarah istilah Angka 404 yg fenomenal tsb. Padahal angka ini sebenarnya adalah kode respons standar HTTP (Hypertext Transfer Protocol) yg dihasilkan saat Netizen mengklik Link yg tidak ada / salah. Dulu kode ini konon muncul saat Tim Berners-Lee & Robert Cailliau di CERN (Conseil Européen pour la Recherche Nucléaire, Dewan Eropa untuk Riset Nuklir) mengerjakan WWW (World Wide Web) di lantai empat gedung di Ruang 404. 

Dalam perkembangannya katanya apabila mereka mencari file yg diminta, mengeksekusi & ternyata membuat kode yg salah, maka akan mendapat pesan standar yg bunyinya: "Room 404: file not found". Namun cerita ini dibantah Robert Cailliau, staf CERN juga yg mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada ruang "04" di gedung "4", alias Ruang " 404" memang tidak ada. Mana yg bener? Misterius ? Yg jelas sekarang istilah "404" memang semisterius "ruangan" tsb alias kalau menemukan link yg sudah tidak ada seperti Berita ttg "Blok Medan" sbg Pemilik IUP di HalTim yg diungkap sbg Fakta Persidangan oleh AGK di Situs berita Mainstream RRI kemarin.

Kesimpulannya, tidak hanya berada di Dunia Maya, istilah "404 Not Found"-pun sempat dilukiskan di Dunia Nyata dan ironisnya dihapus juga oleh tangan2 yg tidak bertanggung jawab, alias seperti dibreidel. Hal tsb terjadi tgl 14/01/2021 lalu saat ada Trending topic di Twitter (dulu belum bernama "X") yg membahas Mural bergambar seseorang yg tidak jelas di bawah Kolong Flyover Batuceper, Tangerang, Banten. Apakah sebenarnya sekarang Pembreidelan sudah terjadi lagi? Coba kita ketik, jawabannya pasti " 404 Not Found" .... AMBYAR.

)* Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes - Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen - Jakarta, 03 Agustus 2024

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved