Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Sumpah Masoud Pezeshkian Usai Terpilih Sebagai Presiden Republik Islam Iran

Masoud Pezeshkian Terpilih sebagai Presiden Baru Iran

 Reformis Masoud Pezeshkian akhirnya terpilih sebagai Presiden Republik Iran setelah mengalahkan kandidat dari Partai Konservatif, Saeed Jalili di putaran kedua pemilihan presiden yang hasilnya diketahui Sabtu (6/7/2024). Pezeshkian menyatakan bahwa ia siap untuk mengulurkan tangan untuk menggandeng lawan-lawannya, menyebut mereka "saudara."

"Jalan sulit ke depan tidak akan menjadi mulus tanpa dukungan, empati, dan kepercayaan," kata Pezeshkian lewat unggahannya di X, Sabtu.

"Saya mengulurkan tangan kepada anda dan bersumpah atas kehormatan saya bahwa saya tidak akan meninggalkan anda sendirian di jalan ini. Jangan tinggalkan saya sendiri," ujar Pezeshkian menambahkan.

Sebelumnya, juru bicara komite pemilu Iran Mohsen Eslami mengatakan Pezeshkian meraih suara 16.384.403 dan memenangi pemilihan presiden negara tersebut. Pezeshkian seperti dilaporkan Anadolu, mengalahkan Saeed Jalili yang tertinggal dengan 13.538.179 suara pada putaran kedua yang menghasilkan jumlah pemilih yang relatif lebih tinggi.

Pemungutan suara dibuka pada Jumat (5/7/2024) pukul 8 pagi waktu setempat di seluruh negeri dan pemungutan suara diperpanjang tiga kali sebelum mencapai puncaknya pada tengah malam dengan lebih dari 30 juta orang memberikan suara. Jumlah pemilih pada pemilu putaran kedua tercatat lebih dari 50 persen dari total penduduk, jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah pemilih pada putaran pertama sebesar 40 persen dan jumlah pemilih pada pemilu presiden 2021 sebesar 48,8 persen.

Menurut data resmi, sekitar 61 juta warga Iran berhak memilih dalam pemilu selain sekitar 10 juta warga Iran yang tinggal di luar negeri. Penghitungan suara dimulai segera setelah pemungutan suara ditutup pada tengah malam dan jumlah penghitungan suara tahap pertama diumumkan oleh Kementerian Dalam Negeri pada pukul 02.30.

Pada awalnya, Pezeshkian unggul tipis dengan 1,26 juta suara berbanding 1,24 juta untuk Jalili. Namun, seiring berjalannya penghitungan, kesenjangan antara kedua kandidat semakin lebar.

Penghitungan terakhir diumumkan oleh Kementerian Dalam Negeri sekitar pukul 06:45 dengan Pezeshkian memperoleh lebih dari 16,3 juta suara dibandingkan Jalili yang memperoleh 13,5 juta suara, jauh lebih unggul dibandingkan kandidat konservatif. Pada pemilu 28 Juni, Pezeshkian memperoleh 10,4 juta suara dari 24,5 juta suara yang dihitung dan Jalili menempati posisi kedua dengan 9,4 juta.

Pezeshkian akan menggantikan Presiden Ebrahim Raisi yang tewas dalam kecelakaan helikopter pada 19 Mei bersama tujuh orang lainnya. Pezeshkian sebelumnya menjabat sebagai Menteri Kesehatan di pemerintahan Mohammad Khatami (2001-2005) selain mewakili Tabriz di parlemen sejak 2008.

Sebagai seorang ahli jantung, Pezeshkian juga mengepalai Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz yang merupakan salah satu institusi medis terkemuka di Iran utara. Dua pencalonannya yang gagal sebelumnya untuk kursi kepresidenan terjadi masing-masing pada tahun 2013 dan 2021.

Kemenangan Pezeshkian sebelumnya telah diprediksi lewat jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh Iranian Students Polling Agency (ISPA), yang berafiliasi dengan Pusat Akademik untuk Pendidikan, Budaya, dan Penelitian (ACECR). Dirilis pada Kamis (4/7/2024), jajak pendapat ISPA terbaru itu dilakukan pada 3 Juli, setelah dua debat presiden yang disiarkan di televisi, melalui wawancara langsung dengan sampel sebanyak 3.606 orang di seluruh Iran. Para responden berusia di atas 18 tahun.

Jajak pendapat ISPA saat itu memperkirakan Pezeshkian akan memperoleh 49,5 persen suara dalam pemilihan putaran kedua tersebut dibandingkan dengan 43,9 persen suara yang kemungkinan akan diperoleh Jalili. Hampir 4,8 persen pemilih belum menentukan kandidat pilihan mereka, menurut jajak pendapat tersebut, yang dapat memengaruhi hasil akhir.

Kedua kandidat, dalam dua debat yang disiarkan di televisi dan kegiatan kampanye mereka di lapangan, menyampaikan seruan yang penuh semangat untuk meningkatkan jumlah pemilih. Menurut jajak pendapat tersebut, 34 persen orang menonton debat presiden pertama pada Senin (1/7/2024), dan 39,8 persen menyaksikan debat keduanya pada Selasa (2/7/2024). Total 46,5 persen orang menonton sedikitnya salah satu debat di putaran kedua.

Presiden Rusia Vladimir Putin dikutip Al Jazeera, di antara pemimpin dunia yang paling awal menyelamati Pezeshkian. "Saya berharap kepemimpinan Anda sebagai presiden akan berkontribusi pada penguatan hubungan bilateral antara masyarakat kita yang bersahabat."

Analis politik seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu, menilai, kepemimpinan Pezeskhian kemungkinan akan mempromosikan kebijakan luar negeri yang pragmatis, mengurangi ketegangan atas negosiasi-negosiasi kesepakatan nuklir antara Iran dan kekuatan dunia yang macet sejak 2015 dan prospek perbaikan dari liberalisasi sosial di Iran. Baik Pezeshkian dan Jalili menjanjikan kepada rakyat Iran perbaikan ekonomi yang melemah akibat mismanajemen dan ragam sanksi sejak 2018 setelah AS yang saat itu dipimpin Presiden Donald Trump menarik diri kesepakatan nuklir dengan Iran. 

Secara internal, Pezeshkian akan, "menghadapi perlawanan dari elite politik di sini, yakni pejabat dan badan yang memiliki kekuatan signifikan di Iran dan tanpa persetujuan mereka, akan menjadi cukup sulit baginya mewujudkan janji-janji politiknya," ujar analis Resul Serdar.

Pada akhirnya, Serdar melanjutkan, Pezeshkian akan menjabat untuk mengaplikasikan kebijakan negara yang telah digariskan oleh Pemimin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei, yang memiliki otoritas tertinggi di Iran.

Analis politik yang juga profesor di Fakultas Fars Media, Mostafa Khoshcheshm, mengatakan, bahwa dia memperkirakan hanya akan ada perubahan taktik bukan keputusan strategis, saat berbicara kebijakan luar negeri di bawah kepemimpinan Pezeshkian.

"Kebijakan luar negeri Iran ditentukan oleh keseluruhan pejabat tertinggi, kebanyakan dari Dewan Keamanan Tinggi Nasional, di mana berisi perwakilan dari pemerintah termasuk angkatan bersenjatan, pemimpin tertinggi Iran, dan parlemen," kata Khoshcheshm kepada Al Jazeera.

"Sejak pemerintah adalah badan eksekutif, mereka memiliki kuota perwakilan terbesar. Sehingga pada dasarnya, kita bisa mengatakan secara strategis, kebijakan luar negeri Iran akan tetap sama, namun secara taktik, bisa berbeda. Tujuannya sama, tapi kecepatannya bisa berbeda."

Terlebih, jika mantan Presiden AS, Donald Trump kembali terpilih sebagai presiden pada November 2024, menurut Khoshcheshm, tidak akan banyak perubahan dari kebijakan luar negeri Iran. 

"Jika Donald Trump terpilih, Saya tidak mengharapkan adanya perubahan, adanya pembicaraan (negosiasi) dari kedua negara, atau perubahan dari kondisi yang telah ada sekarang."

Sumber Berita / Artikel Asli : republika

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved