Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Dugaan Data Inafis Polri dan Diperjualbelikan di Dark Web, Kepala BSSN Beri Penjelasan Ini

CAAFIS: Inovasi Tim INAFIS Polri Untuk Identifikasi Sidik Jari - YouTube

 Serangan siber pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 oleh hacker menyita perhatian publik. Belum pulih serangan itu, kini muncul informasi tentang dugaan data INAFIS Polri dibobol.

Bahkan, kebocoran data INAFIS Polri itu disebut-sebut telah diperjual-belikan melalui dark web. Dugaan kebocoran itu diungkap pertama kali melalui akun media sosial X.

Merespons hal itu, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Letjen TNI Hinsa Siburian mengklarifikasi soal dugaan kebocoran data, milik Indonesia Automatic Finger Indentification System (INAFIS) POLRI.

Menurut dia, berdasarkan hasil koordinasi dengan POLRI, didapatkan fakta bahwa data tersebut merupakan data lama yang tidak terbarui. "Ini sudah kami konfirmasi dengan kepolisian, bahwa itu adalah data-data lama mereka yang diperjualbelikan di dark web," kata Hinsa di Jakarta, Senin.

Dia menyebutkan pihaknya masih berkoordinasi dengan POLRI, karena pernyataan terbaru itu masih berupa hasil koordinasi sementara, koordinasi lanjutan dibutuhkan untuk mendapatkan kejelasan mengenai dugaan kebocoran data itu.

Hinsa menyakinkan bahwa sistem POLRI saat ini tidak mengalami gangguan, dan tetap berjalan dengan baik meski terdapat dugaan kebocoran data INAFIS. "Kami yakinkan bahwa sistem mereka berjalan dengan baik," ujar Hinsa dilansir jpnn.

Lebih lanjut, meski bertepatan dengan momen terjadinya serangan siber pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2, tetapi BSSN memastikan dugaan kebocoran data INAFIS tidak berkaitan dengan gangguan di PDNS 2.

Adapun informasi mengenai dugaan kebocoran data INAFIS pertama kali mencuat melalui platform media sosial X. Salah satu akun X yang membahas dugaan kebocoran data INAFIS itu ialah @FalconFeedsio.

Dalam unggahan FalconFeedsio diketahui data INAFIS tersebut dijual oleh peretas bernama MoonzHaxor, di situs dark web BreachForums yang diduga terjadi pada Sabtu (22/6).

Secara singkat peretasan itu dijelaskan mengandung data-data sensitif seperti gambar sidik jari, alamat email, dan aplikasi SpringBoot dengan beberapa konfigurasi. Data tersebut dijual oleh MoonzHaxor seharga USD1.000 atau setara Rp16,3 juta.

Selain INAFIS, terbaru FalconFeedsio juga menemukan bahwa peretas yang sama juga turut menjual data dari Badan Intelijen Strategis (BAIS). Peretasan itu dinilai menjadi dugaan peretasan kedua yang dialami oleh BAIS setelah pada 2021, kondisi serupa pernah terjadi namun saat itu peretasan dilakukan oleh sekelompok peretas dari China. (fajar)

Sumber Berita / Artikel Asli : fajar

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved