Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, diyakini ingin melihat respon elite, pimpinan daerah, kader, hingga akar rumput, saat menyatakan "gantian jadi Ketum" yang ditujukan pada Puan Maharani, di Forum Rakernas V.
Komunikolog politik dan hukum nasional, Tamil Selvan alias Kang Tamil, mengatakan, apa yang disampaikan Megawati sesungguhnya simbol politik.
"Kita tahu PDIP memiliki nilai khusus, karena dipimpin trah Soekarno. Megawati tentu berpikir, bahwa regenerasi adalah keniscayaan yang harus terjadi, dalam hal ini kursi ketua Umum," kata Kang Tamil, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (28/5).
Menurutnya, menjadi kekuatan tersendiri saat pengganti Megawati juga berasal dari trahnya Soekarno. Untuk itu perlu dikaji, apakah orang yang akan menggantikan dapat diterima seluruh unsur di partai, atau sebaliknya.
"Kalau saya lihat, Munas (Kongres) PDIP akan dilaksanakan April 2025, candaan Megawati kemarin itu dalam politik disebut sebagai test the water atau cek ombak. Dengan menyebutkan nama Puan Maharani, Mega ingin tahu bagaimana respon elite, kader di tingkat pimpinan daerah, serta akar rumput," jelas Kang Tamil.
Akademisi Universitas Dian Nusantara itu melihat Megawati sangat berhati-hati memberikan tongkat estafet kepemimpinan kepada siapapun penerusnya.
"Kenapa? Di satu sisi, kekuatan utama PDIP tercipta lewat perjalanan politik dengan Jokowi, yang hari ini rontok. Itu kekalahan PDIP di Pilpres 2024. Nah, tentu Megawati tidak ingin sembrono, tak mau langkahnya membawa kerontokan lagi. Itu yang membuat dia berhati-hati. Makanya perlu cek ombak," urai Kang Tamil.
Apa yang disampaikan Megawati merupakan sebuah keniscayaan, bahwa kursi Ketum PDIP sudah diniatkan untuk diestafetkan kepada Puan.
"Tapi apakah itu mendapatkan dukungan dari elite, pimpinan daerah, kader dan pemilih PDIP, itu yang sedang dilihat, kemudian jadi bahan pertimbangan utama," pungkas Kang Tamil.