Oleh: Sholihin MS - Pemerhati Sosial dan Politik
Apa yang bisa diharapkan dari Prabowo-Gibran tanpa memiliki rekam jejak kesuksesan di masa lalu ?
Sebagai orang yang “dimenangkan” dengan paksa, rakyat harus diberi kejelasan tentang kapasitas Prabowo untuk jadi presiden, jangan sampai seperti membeli kucing dalam karung.
Yang dikenang rakyat tentang Prabowo justru kegagalan demi kegagalan.
Karir di militer, gagal karena meninggalkan masalah dalam penegakan HAM sehingga dirinya dipecat dari militer dan sudah jadi rakyat sipil, (tapi aneh oleh Jokowi malah diberi gelar Jenderal).
Dalam kehidupan keluarga, Prabowo gagal membangun rumah tangga, jadi dia bukan termasuk keluarga yang perlu diteladani.
Dalam kehidupan beragama juga tidak jelas dan menimbulkan tanda tanya apakah dia seorang Muslim, Katolik, atau gado-kado karena masih ditampilkan ritual-ritual berbagai agama.
Di proyek food estate, Prabowo boleh dibilang gagal total, karena yang diekspose adalah yang ditanam singkong tapi yang dipanen jagung (dalam polibag)?
Di Kementeriannya, yaitu Kemenhan, Prabowo diduga terbelit kasus korupsi pembelian alutsista bekas yang konon harganya di-mark up.
Prabowo telah gagal tiga kali nyapres dan nyawapres, dan yang keempat kalinya juga gagal tapi telah “dimenangkan” Jokowi dengan dibalut berbagai skandal kecurangan, manipulasi, intimidasi, money politic dan penyalahgunaan bansos.
Lalu, apa prestasi Prabowo selama ini yang bisa dibanggakan rakyat dengan memberanikan diri jadi presiden?
Indonesia saat ini bukan butuh pemimpin seperti Prabowo-Gibran yang tidak punya rekam jejak kesuksesan memimpin bangsa yang besar dan kompleks.
Indonesia darurat pemimpin lurus, pemberani, dan punya track record gemilang.
Indonesia, jika tidak segera diselamatkan, di tahun 2030 menurut Prabowo, bakal hilang dari peta dunia. Negaranya masih ada, tapi namanya sudah bukan Indonesia lagi, akan berganti jadi Indochina.
Mungkin waktu itu rakyat Indonesia sudah jadi pelayan atau jongos China, yang saat ini sudah didahului oleh para pejabat negara, pejabat partai, dan para penjilat kekuasaan.
Bayangan mengerikan itu makin nampak menjadi nyata setelah Indonesia dipimpin Jokowi. Jokowi itu malapetaka besar bagi bangsa dan negara
Di era Jokowi, semua ketua lembaga negara, baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif telah jadi sampah dan pengecut, hanya mengabdi kepada oligarki taipan dan China komunis, sehingga pola pikir dan tindakannya selalu mengkhianati rakyat dan kebenaran.
Lembaga penegak hukum seperti yang seharusnya menjadi penegak keadilan dan kebenaran, pengayom dan pelindung rakyat, seperti Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, KPK, sampai dengan lembaga super kuasa yang bernama MK, ternyata telah dikendalikan oleh para mafia dan pengkhianat kebenaran, kejujuran, dan keadilan sehingga rakyat sendiri dijerumuskan.
Sebaliknya, para penjajah, para mafia, koruptor, dan para bajingan perusal kedaulatan negara terus dibela, dilindungi, dan bahkan dituruti perintahnya.
Sungguh sangat miris menyaksikan proses penjajahan di depan mata kepala sendiri yang justru dibantu oleh orang-orang yang mendapat amanah jabatan dan kekuasaan tapi disalahgunakan untuk menghancurkan rakyat sendiri.
Apakah mereka ini tidak takut akan ancaman Allah dan Rasulnya? :
Firman Allah Ta’ala :
“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.
(Dia mendengar ayat-ayat Allah) yakni Alquran (dibacakan kepadanya kemudian dia tetap) atas kekafirannya (menyombongkan diri) takabur tidak mau beriman (seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih) azab yang menyakitkan.
Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan.
Di hadapan mereka neraka Jahannam dan tidak akan berguna bagi mereka sedikitpun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari selain Allah. Dan bagi mereka azab yang besar.” (Q.S. al-Jatsiyah ; 7-10)
Sabda Nabi saw:
“Tidaklah seorang hamba dibebani amanah oleh Allah untuk memimpin rakyat lalu mati dalam keadaan berkhianat kepada rakyatnya; melainkan Allah akan mengharamkan surga baginya.” (HR. Bukhari-Muslim)
DPR/MPR yang menamakan diri wakil rakyat tapi juga telah berkhianat. Sehingga lengkap sudah pengkhianatan seluruh komponen pemerintah.
Seharusnya jika DPR/MPR masih hidup, ketika pemerintah (Presiden) menyeleweng dari Undang-undang dan konstitusi, DPR/MPR harus segera bertindak dengan menggunakan hak-hak kelengkapan DPR, mulai dari hak bertanya, hak menyatakan pendapat, hak interpelasi, dan hak angket, bahkan jika diperlukan langsung dibentuk Pansus.
Jika Presiden terbukti melanggar Undang-undang dan konstitusi atau melakukan perbuatan tercela harus segera mengadakan sidang untuk memakzulkan Presiden. Bukannya DPR/MPR malah di bawah kekuasaan Presiden.
Siapa pun juga yang tidak punyak iktikad baik, tidak punya kompetensi, dan tidak punya keberanian melawan oligarki taipan, para mafia, dan “penjajah” China, mundur sebagai pemimpin, jangan karena ambisi dan niat buruk, rakyat dikorbankan.
Indonesia hanya butuh pemimpin yang lurus dan pemberani, bukan pemimpin sampah dan pengecut. ***
Bandung, 17 Dzulqa’dah 1445