Memasuki 2024, hari pencoblosan Pemilu Serentak 2024 tinggal 45 hari lagi, eskalasi politik Tanah Air mulai panas.
Menurut pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Subiran Paridamos, di 2024 ini para aktor politik mencari berbagai cara merebut hati pemilih.
"Tentu saja eskalasi politik semakin panas," kata Subiran kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (1/1).
Direktur Eksekutif Sentral Politika itu juga mengatakan, strategi pemenangan masing-masing tim pemenangan makin dikerucutkan, terutama untuk pemilihan presiden.
"Trik dan intrik juga semakin keras, penggiringan isu dan opini makin masif. Begitu juga hoax, ujaran kebencian, kampanye negatif, makin berseliweran," tuturnya.
Sosok yang kerap disapa Biran itu juga meyakini, pengerahan massa akan digunakan sebagai salah satu strategi penggiringan isu dan mempengaruhi fokus perhatian pemilih.
"Tak menutup kemungkinan ada pengerahan massa yang seolah berwajah independen dan nonpartisan, demonstrasi jalanan, sebagai klimaks dari penggiringan isu dan opini negatif selama ini," urainya.
Penulis buku "Komunikasi Politik 7 Presiden RI" itu juga menduga narasi-narasi terkait penggunaan kekuatan penguasa juga akan disuarakan sejumlah pihak.
"Terutama untuk mendegradasi Presiden Jokowi, bisa dengan dalil dan alibi politik dinasti, netralitas, kecurangan pemilu, mahkamah keluarga, neo orde baru, dan isu lainnya," tutup Biran.