Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Mengejutkan! Anis Matta Ungkap Jokowi Setuju Koalisi Besar, Tapi PDIP Tiba-Tiba Deklarasi Ganjar Capres

 Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora) saat ditemui di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Jakarta Pusat, Minggu (7/8/2023).Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta menceritakan kronologi bagaimana pertemuan besar bisa gagal terbentuk pada pertengahan 2023. Anis mengatakan, saat itu, PDI Perjuangan tiba-tiba mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai capres.

Dia menyebutkan, ide gabungan besar yang telah disetujui oleh Presiden Joko Widodo gagal diwujudkan.

Hal tersebut Anis sampaikan dalam program Gaspol! Kompas.com, seperti disiarkan di akun YouTube Kompas.com, Kamis (2/11/2023).

Mulanya, Anis mengaku mengusulkan kepada Jokowi agar merangkul Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada tahun 2019.

Dia menilai, warisan Jokowi ketika sudah tidak lagi menjabat Presiden bukan infrastruktur, melainkan konsolidasi elite politik.

"Saya waktu itu usulkan ke Pak Jokowi supaya rangkul Pak Prabowo, 'legacy Bapak yang paling besar itu nanti bukan infrastruktur, tapi konsolidasi elite'. Jadi, legacy Pak Jokowi saya bilang, 'Pak, bukan infrastruktur. Tapi legacy-nya adalah rekonsiliasi politik , itu konsolidasi elite'. Nah, ini terjadi,” ujar Anis.

Anis menjelaskan, ketika Prabowo masuk ke kabinet pada tahun 2019, itu adalah peristiwa yang luar biasa.

Pasalnya, Prabowo dan Jokowi sama-sama menghadapi perbedaan pemikiran para pengikutnya.

"Pak Prabowo tentu kalau tengok balik ke pengikutnya pasti dia pikir, 'saya bermitra ini'. Pak Jokowi juga kalau dia tengok ke pengikutnya dia juga pikir, 'terus ngapain kita bermitra selama ini, capek-capek kan. Habis itu gabung lagi' ," tuturnya.

Menurut Anis, rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo membawa berkah bagi Indonesia.

Sebab, pada awal tahun 2020, pandemi Covid-19 mulai masuk Indonesia. Dia tidak terbayang jika Prabowo dan Jokowi masih berseberangan di momen pandemi Covid-19.

“Oposisi akan memanfaatkan Covid sebagai alat untuk menjatuhkan pemerintah, dan sangat mungkin itu terjadi,” ucap Anis.

Kemudian, Anis loncat ke bulan Februari 2023. Saat itu, dirinya bertemu dengan Jokowi. Anis mengaku mengusulkan agar rekonsiliasi ini perlu dilanjutkan ke depannya.

Caranya, kata dia, adalah dengan mewariskan suatu koalisi besar pada Pemilu 2024.

Masalahnya, pemerintahan Jokowi sudah agak pecah saat ini karena Nasdem telah mendeklarasikan Anies Baswedan.

"Jadi satu (Nasdem) sudah mulai, tapi tidak keluar dari pemerintah. Tapi maksudnya mencakup pemerintah ini beda-beda. Itu bulan Februari," katanya.

Pertahankan rekonsiliasi

Anis menyebutkan, Jokowi setuju dengan gagasan yang diatur secara besar-besaran demi mempertahankan rekonsiliasi.

Walhasil, Anis menyarankan kepada Jokowi untuk mengumpulkan semua yang tersisa dari pemerintahan ke satu kesatuan yang sama.

"Dan dia berkata, 'ini ide yang luar biasa. Kalau begitu silakan coba ngobrol sama para pimpinan partai'. Kita hanya punya niat baik," tutur Anis.

Selanjutnya, Anis bergerak mengajak Prabowo bicara di bulan yang sama dan saat Ramadhan 2023. Mereka berbincang-bincang di kantor Kementerian Pertahanan.

Namun, secara tiba-tiba, PDI-P juga masuk rencana yang mencakup sejumlah besar tiba-tiba mendeklarasikan Ganjar sebagai capres.

“Tapi di luar dugaan kita ini, tiba-tiba satu hari jelang Lebaran, PDI-P tiba-tiba mengumumkan Ganjar sebagai capres,” jelasnya.

Melihat kejadian itu, Anis kembali bertemu dengan Jokowi. Dia bertanya kepada Jokowi, apa yang sebenarnya sedang terjadi, dan bagaimana nasib dari kesepakatan besar ini. Sebab, tidak bisa dimungkiri sudah ada penjajakan kepada PDI-P untuk membentuk konsensus besar.

Akhirnya mengajak PDI-P masuk ke koalisi besar tidak berhasil. Anis tidak ingin berbicara secara mendetail perihal ini.

“Mungkin teman-teman PDI-P juga punya pertimbangan lain yang kita tidak tahu secara persisten. Yang jelas ide koalisi besar ini tidak berhasil,” kata Anis.

"Jadi saya bicara ke Pak Presiden, 'Pak, kalau begitu, ini sudah jadi tiga kelompok kabinet Bapak ini. Nasdem sudah punya capres sendiri. PDI-P sudah punya capres sendiri. Jangan-jangan jadi empat lagi ini'," sambungnya.

Anis mengaku mengusulkan kepada Jokowi untuk tidak mencoba memaksakan pasangan calon pada Pilpres 2024 hanya menjadi dua.

Sebab, bertabrakan di dalam pemerintahan sendiri saja sudah pecah. Dia menyarankan kepada Jokowi agar membiarkan pemilih yang memiliki ide lain untuk berekspresi.

"Biarlah orang yang nolak Bapak mungkin yang misalnya di pemilih Anies Baswedan, beri ruang mereka untuk berekspresi. Dan kalau Mas Ganjar ini kalau masih ada jalan untuk ketemunya, supaya ada dalam kumpulan besar, itu lebih bagus," imbuh Anis. 

Sumber Berita / Artikel Asli : Kompas

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved