WHO kehilangan komunikasi dengan kontak mereka di Rumah Sakit (RS) Al-Shifa Gaza. Hal ini dikatakan oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Minggu (12/11/2023).
"WHO kehilangan kontak dengan titik utama mereka di RS Al-Shifa di Jalur Gaza di tengah laporan mengerikan mengenai rumah sakit tersebut yang mengalami serangan berkali-kali," kata Ghebreyesus lewat media sosial X.
"Ada laporan bahwa beberapa di antara mereka yang meninggalkan rumah sakit ditembaki, terluka bahkan tewas. Laporan terakhir mengatakan rumah sakit telah dikepung tank-tank," sambungnya.
Terkait hal ini, WHO menyerukan evakuasi medis yang berkelanjutan, tertib, tanpa hambatan dan aman bagi pasien yang terluka parah dan sakit. Tentara Israel kembali mengebom RS Al-Shifa di Jalur Gaza pada Sabtu (11/11/2023).
Kali ini mereka menargetkan Unit Pelayanan Intensif (ICU) hingga melukai beberapa anggota staf yang sedang bertugas. Hal ini membuat seorang pasien bayi nyaris kehilangan nyawa akibat kekurangan oksigen setelah pemadaman listrik.
Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila mengatakan bahwa 39 bayi di perawatan intensif di RS Al-Shifa berada dalam kondisi yang mengancam nyawa akibat kekurangan oksigen.
Dia mengatakan 20 dari 35 rumah sakit di Gaza sudah tidak beroperasi sejak 7 Oktober karena serangan Israel dan kekurangan bahan bakar.
Israel melakukan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza termasuk rumah sakit, tempat tinggal dan rumah ibadah sejak serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober.
Sebanyak 11.078 warga Palestina tewas termasuk 4.506 anak dan 3.027 perempuan. Sementara menurut data resmi korban jiwa di Israel mencapai 1.200 orang.