Terpilihnya Kaesang Pangarep menjadi ketua Partai Solidaritas Indonesia mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak, termasuk Faisal Asegaf.
Faisal Assegaf mengungkapkan bahwa dengan terpilihnya Kaesang Pangarep merupakan penerusan dari dinasti politik yang sebelumnya di buat oleh Megawati Soekarno Putri dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Bahkan Faisal Assegaf ungkap Kaesang jadi Ketua PSI lebih buruk dari anak Firaun, karena baru menjadi anggota dalam dua hari sudah menjadi ketua Partai PSI.
Sedangkan anak Firaun sebagai penerus, telah menjalani pendidikan dan pelatihan sedemikian rupa.
“Anak Firaun dia dilatih dan dididik, dikirimkan dukun, guru, dilatih cara duduk dan cara bicara,” terang Faisal.
“Ini terlihat seperti pelayan yang tumbuh dalam melayani Bapak dan dengan kematangan itu PSI memperpanjang pelayanan pada putra bungsu Presiden Jokowi,” jelasnya.
Faisal menjelaskan jika dari sudut pandang partai politik, harusnya punya cita-cita, ideologi serta ada karakter yang menonjol dan dia punya history.
“Dia tumbuh dari bawah yang naik sebagai ketua partai misal seorang mahasiswa dari keluarga petani miskin, seorang aktivis yang mungkin berasal dari seorang nelayan yang miskin, kaum terpelajar yang kemudian menjadi ketua partai maka orang akan bertepuk tangan,” jelasnya.
“Tapi yang datang inikan top down, titipan dan banyak media asing yang menggaris bawahi jika pemajangan Kaesang dietalase di PSI ini hanya untuk mengumumkan diselurh dunia bahwa Jokowi justru saat ini membangkitkan monarkhi yang super ganas yang diperhalus dengan dinasti politik,” terannya.
Dalam podcast bersama Bambang Widjojanto bahwa penetapan Kaesang sebagai Ketua Umum PSI tidak layak disebut melalui proses partai, forum partai, dinamika partai dan legitimasi partai.
“Ini adalah bazzer yang hari-hari mereka diikat dengan kepentingan kekuasaan, dibina di impreialis lama dan ini bacaan publik, bukan menurut saya, kemudian dikasih jaket saja dan diumumkan ini partai politik,” jelas Faisal.
Politik dinasti Jokowi menurut Faisal tak lepas dari politik dinasti yang diperlihatkan oleh Megawati dan SBY.
“Dengan demikian dia mencoba keluar dari politik gorong-gorong, dia dihinakan oleh Megawati sebagai petugas partai yang kemudia mengambil kesempatan serta menempatkan sebuah pukulan yang sangat kuat pada SBY dan Megawati,” terangnya.
Selain itu Faisal juga menambahkan bahwa selama ini Jokowi terlalu sibuk mengurusi politik dinastinya saja sehingga mengakibatkan berantakan kabinetnya.
“Dengan fokusnya Jokowi membina anaknya serta memutuskan kepentingan anaknya, hasilnya kabinetnya berantakan dan seperti saat ini terdapat beberapa menteri yang terjerat kasus hukum,” papar Faisal di akun youtube@BambangWidjojanto.